Mohon tunggu...
VanBarts
VanBarts Mohon Tunggu... Seniman - Hanya Orang bodoh yang mau belajar dari siapa saja, termasuk dari orang yang dianggap bodoh sekalipun

LOGIC IS THE PRECONDITION OF FAITH https://vanbarts.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Beta, tentang "Partai Solidaritas Indonesia" (PSI)

26 Maret 2019   08:50 Diperbarui: 29 Maret 2019   09:47 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) muncul sebagai partai yang TAMPIL berbeda dr partai -- partai lainnya (yang juga mengaku berbeda). Orang -- orang yang terlibat di dalam partai tersebut nampaknya terdiri dari pebisnis -- pebisnis muda yang sukses, dokter muda, presenter, ada juga musisi sukses, akademisi dan orang -- orang  muda yang bertitel, maupun anak -- anak  muda yang punya posisi tinggi di berbagai perusahaan, dan lain lain. Sepertinya kebanyakan dari mereka bukan politisi atau yang aktif terlibat di partai, sebelumnya. 

Nampaknya juga tidak banyak yang dari kalangan aktivis (koreksi kalau beta salah). Tidak sedikit dari mereka keturunan tionghoa yang dulu tidak mau mengurusi politik atau bahkan cenderung mengikuti saja arus politik. Hidup mereka mapan dan nyaman, tapi sekarang sudah tidak tahan lagi dengan kondisi politik di negara ini yang kian hari kian memburuk saja. Mereka -- mereka  ini dulunya tidak tertarik dengan dunia politik, bahkan cenderung muak. Tapi nampaknya kejadian -- kejadian syok di negara ini seperti kasus Ahok misalnya, turut menjadi pemicu dan menginspirasi lahirnya PSI. 

Beta sendiri cukup takjub dan heran ketika berorasi ditengah masyarakat  terkait kasus Ahok, mendapati begitu banyak sodara/i keturunan tionghoa yang hadir waktu itu. Suatu pemandangan yang belum pernah beta lihat sebelum -- sebelumnya ketika kami lakukan demo kebangsaan dipinggir -- pinggir jalan. Mungkin benar,  fenomena -- fenomena seperti ini memicu lahirnya gerakan -- gerakan seperti PSI ini.

Ini menarik! ada kumpulan 'milenials' yang dulunya tidak tertarik dengan politik, tapi sekarang malah dengan rela menjerumuskan diri kedalam lumpur politik di negara ini yang penuh dengan berbagai bakteri dan virus yang mematikan. Apakah ini hal yang luar biasa???? Tidak Juga! Ini hanya mengulang sejarah dunia tentang orang -- orang muda yang mampu menentang dan merubah dunia.

 Dan memang demikian, sejarah mencatat bahwa ada berbagai perubahan -- perubahan besar di dunia ini justru dilakukan oleh orang muda. Tanpa kaum muda, kita tidak merdeka tanggal 17 Agustus 1945. Karena seorang anak muda yang rela berkorban 2000 tahun yang lalu, mengakibatkan populasi orang Kristen yang terbanyak di dunia saat ini. Ketika umur 12 tahun, Bill Gates sudah bisa mengembangkan game Tic Tac Toe yang memungkinkan pemain bisa bermain melawan computer. Atau Steve Jobs yang merintis Apple Computer di usia 21 tahun. 

Ada juga Sojourner Truth, seorang aktivis Hak Asasi Wanita yang terkenal dengan ucapannya "Ain't I woman?" yang dia ucapkan pada Konvensi Hak Asasi Wanita di Ohio  tahun 1851. Kaisar Napoleon Bonaparte yang yang sangat berpengaruh terhadap perubahan -- perubahan besar di Eropa. Dan masih banyak lagi tokoh -- tokoh muda lainhya yang berhasil mengubah dunia lewat pergerakan mereka. Tepatlah apa yang dikatakan oleh Soekarno: "Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat merubah dunia.". 

Tapi sejarah juga mencatat bahwa dibalik gebrakan kaum muda ini selalu saja ada kaum tua yang nyinyir, sinis dan meremehkan orang muda, karna dianggap belum berpengalaman dan belum matang. Jadi ini semacam sejarah yang diulang-ulang saja, tapi dengan cerita yang berbeda -- beda. Benar apa yang dikatakan kitab Pengkhotbah: "tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari". 

Pidato ketua umum PSI, Grace Natalie di Medan kemarin benar -- benar  menyita perhatian dan menohok berbagai pihak. Ditengah -- tengah riuh pilpres yang berkecamuk, Grace malah menyerang partai - partai koalisi. Ini perilaku politik yang diluar dari biasanya. Anti mainsteram! Tapi bagi kaum muda itu tindakan yang biasa mereka lakukan, yaitu; melawan arus. 

Orang muda itu Enerjik, controversial, tampil beda dan suka tantangan! Dan mudah ditebak, setelah pidato tersebut kaum tua (partai -- partai besar) pun nyinyir, sinis dan meremehkan dengan berbagai bahasa yang bisa sist and bro (ala -- ala PSI hehe) baca sendiri di berbagai media. You see??? seperti yang beta bilang sebelumnya, ini hanya sejarah yang diulang-ulang dengan cerita yang berbeda saja. 

Sebentar sebentar... beta perlu klarifikasi sesuatu dulu. Beta bukan bagian dari PSI, bukan juga kader PSI, bahkan bukan simpatisan PSI. Beta adalah bagian dari kaum muda yang suka dengan sebagian gebrakan PSI (karena ada juga sebagian sikap PSI yang beta tidak setujui). Ok, clear ya... Baik kita lanjutkan. PSI dalam pergerakannya nampak lugu, emosional dan tanpa perhitungan yang matang. Menyerang partai -- partai koalisi menjelang detik -- detik pemilihan Presiden adalah tindakan yang konyol bin harbabiruk. 

Tentunya hal tersebut membuat berang partai partai koalisi lainnya dan bisa saja hal ini mempengaruhi elaktibilitas Jokowi. Pada hal bisa saja Grace sedikit menahan diri sampai selesai Pilpres baru dia ungkapkan hal -- hal tersebut, tapi Grace tidak lakukan itu. Sebelumnya PSI bahkan menolak poligami dan menentang perda -- perda syariah maupun perda Injil dengan keras dan tegas. 

Mereka seperti tidak perduli apakah disukai atau tidak, yang penting mereka lakukan apa yang menurut mereka benar.  PSI nampaknya ingin mengajarkan bahwa jika suatu hal adalah kebenaran, maka segera ungkapkan tanpa harus menunggu maupun memperhitungkan momen, atau bahkan beresiko tidak dipilih maupun tidak disukai oleh rakyat, bahkan kalaupun harus menghadapi lawan sebesar gunung yang bisa mengakibatkan kehancuran bagi PSI sekalipun.

Melihat kenyataan dari setiap sikap PSI yang kontroversial ini, membuat beta bertanya -- tanya, apa sih kiat -- kiat atau strategi politik seperti apa yang PSI terapkan untuk dapat bertahan dan bersaing dengan partai -- partai besar lainnya?   Tampil melawan arus seperti ini sama dengan usaha untuk membunuh diri. Partai ini dibangun hanya untuk menghancurkan diri sendiri???? Ini kekonyolan yang tak terhingga. Well, ada yang menarik dari pidato Grace di Medan kemarin.

 Grace mengatakan: "PSI sebetulnya tidak perlu berdiri jika Partai Nasionalis mengerjakan pekerjaan rumahnya.".  Menarik! Dalam kondisi yang berbeda, ini seperti Grace ingin mengakatakan: "Jika suatu saat nanti partai -- partai yang ada sudah dapat menjalankan fungsi politiknya dengan benar, maka di titik itu juga PSI dibubarkan, karena cita -- cita luhur PSI sudah tercapai". Wow sangat ideologis dan luhur bukan?! Banyak pihak akan sinis dan bahkan menertawakan keluguan PSI ini. 

Tapi tunggu dulu gaissss, seperti yang beta contohkan diatas, orang orang muda yang sukses merubah dunia titik startnya dimuai dari ideologi yang kuat. Ini bukan omong kosong belaka. Yesus Kristus dilahirkan untuk dibunuh mati di kayu salib, dan Yesus bahkan tahu hal tersebut. Ini nampak konyol bagi kita kebanyakan, tapi lihat sendiri apa akibatnya setelah Dia di bunuh? 

Orang percaya memenuhi hampir seluruh bumi ini. Demikian juga kalau pada akhirnya PSI harus hancur lebur, setidaknya mereka telah meninggalkan nilai yang berarti bagi bangsa ini, sebagai modal bagi kelangsungan hidup bangsa ini di masa yang akan datang. Apakah yang terjadi pada diri Ahok adalah suatu kekonyolan? 

Tunggu dulu teman, dia memang dihancurkan oleh lawan -- lawannya, tapi hal tersebut malah melahirkan ribuan Ahoker di berbagai daerah, bahkan bermunculan pemimpin -- pemimpin yang meneladani cara kepemimpinan Ahok, dan bisa jadi PSI adalah salah satunya.  Perhatikan bahwa beta tidak sedang menyamakan PSI dengan Pribadi Yesus, tentu saja tidak ada yang se-ideal Beliau (dalam perspektif iman Kristen). Ini hanya cara beta saja untuk menghantarkan pembaca agar lebih mudah untuk memahaminya saja. 

Well, sudah sedikit sebih terang kan?! Ok, hal yang perlu dicatat adalah; memilih untuk memegang ideologi yang senama dengan kebiasan yang ada di dunia politik, hanya berimplikasi "sukses besar", atau sebaliknya "berkorban/dihancurkan". Biasanya yang terjadi adalah "berkorban/dihancurkan". Semoga punggawa -- punggawa PSI sudah menyadari hal ini dan siap menerima resikonya. Tapi satu hal yang pasti, jerih lelah mereka tidak akan pernah sia -- sia.             

Pembaca sekalian, membuat hipotesis seperti ini bukan hal yang bagi beta sukai, sebenarnya.  Terlalu vulgar bagi penulis independen, karena rentan untuk dianggap melakukan keberpihakan tertentu. Apa lagi yang dipuji -- puji adalah partai politik. Ini hal yang belum pernah beta lakukan sebelumnya. Namun demikian, dalam menulis pun harus objektif dan jujur. Kehadiran PSI jelas memberi warna yang berbeda dari biasanya (setidaknya dari awal kemunculan sampai beta menulis ini). 

Jadi beta kira tidak ada salahnya sepak terjang PSI beta abadikan, sebagai bentuk penghormatan beta pada orang -- orang muda ini atas keberanian mereka dalam bersikap ditengah -- tengah riuh peliknya politik di bangsa ini. Semoga juga kehadiran PSI menjadi inspirasi bagi anak -- anak muda lainnya.  

Namun jika di masa depan ternyata PSI tidak bedanya dengan partai -- partai lainnya (entah karena ternyata mereka hanya tameng/bentukan dari kepentingan tertentu, atau mereka tidak kuat mempertahankan ideologi mereka, atau lainnya), maka anggaplah mereka hanya  kerikil -- kerikil kecil yang pernah ada dalam pentas politik di bangsa ini, yang hanya  menambah skor buruk bagi wajah partai di negara ini.

Trims

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun