Magang merupakan bagian dari pelatihan kerja yang pada umumnya dilakukan oleh mahasiswa tingkat akhir dan bersifat wajib sebagai syarat utama menyelesaikan proses pendidikan.
Magang biasanya memiliki bobot sebesar 2 sks untuk satu semester dan umumnya dilakukan di lembaga, instansi, perusahaan, sekolah, dan bahkan toko.
Mata kuliah magang ditujukan agar mahasiswa mengenal dunia kerja dan dapat mengimplementasikan ilmu di bangku perkuliahan dalam menyelesaikan permasalahan di dunia kerja.
Kegiatan magang pun beraneka ragam. Pada level 'easy' ada yang membantu melakukan fotocopy, printing, sampai membuatkan minum pagi. Naik ke level 'medium' misalnya seperti mengikuti penataran, sosialisasi, merekap data, hingga workshop.
Sementara paling atas, level 'expert' misalnya, melakukan dan membuat projek, penelitian mandiri, pemberdayaan, sampai pada mempublikasikan jurnal sendiri. Semua kegiatan tersebut tergantung dari pemilihan dimana kalian melamar di tempat magang.
Magang menjadi hal yang dicemaskan oleh sebagian mahasiswa. Ada banyak sekali hal yang bisa dicemaskan di sini, misalnya tempat magang, tugas magang, lingkungan tempat magang, sampai waktu dan benefit ikut magang.
Tentu semua kecemasan itu tidak berlaku bagi mahasiswa yang sudah memilki "golden ticket" untuk melamar magang di tempat tertentu.
Namun sah-sah saja, karena memperluas networking and relation kini telah menjadi keharusan untuk dapat bersaing di dunia kerja. Hingga ada pepatah ini muncul “banyak kawan banyak rezeki”.
Mahasiswa biasanya akan memilih tempat magang yang sesuai dengan tujuan ia akan kerja nantinya setelah lulus studi. Dalam memilih tempat magang, biasanya mahasiswa akan mempertimbangkan beberapa hal, misalnya yang menjadi sorotan adalah nama instansi dan lokasi tempat magang.
Mahasiswa yang berdomisili di daerah harus berpikir ulang jika ingin mengambil instansi magang yang memiliki ‘nama’. Karena biasanya tempat-tempat seperti ini hanya dapat dijumpai di kota-kota besar. Misalnya kementerian, perusahan start up besar, lembaga riset terkemuka, BUMN, hingga stasiun televisi.
Tentunya dalam pengalaman melakukan magang yang hanya dapat dilakukan sekali dalam perkuliahan pasti ingin mendapatkan hasil yang maksimal dan memiliki impact bagi diri kita.
Salah satu pengharapannya adalah mendapatkan relasi dari tempat magang supaya mudah untuk melamar pekerjaan di tempat magang tersebut.
Oleh karena itu, banyak sekali pertimbangan yang dilakukan agar tidak menyesal nantinya.
Banyak dari mahasiwa yang melakukan keterbalikan. Mahasiswa yang tidak merantau akan memilih untuk magang di tempat yang jauh dan mengharuskannya merantau.
Sedangkan mahasiswa yang merantau akan cenderung memilih untuk magang di daerah asalnya atau daerah sekitar domisilinya yang tidak terpaut jauh. Ada beragam motivasi atau alasan yang mendasari mahasiswa untk memilih tempat magang tujuannya.
Sikap antusias, ambis, dan idealis mahasiswa akan terlihat disini. Magang menjadi tempat mahasiswa untuk mencicipi bagaimana dunia kerja namun masih di bawah lindungan kampus.
Ya, 'semi' kerja. Kita akan memberikan performa terbaik dari diri kita untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada kita sebagai ‘anak magang’.
Bahkan untuk memutuskan dan memilih tempat magang yang jauh dari domisili tempat tinggal juga dibutuhkan keberanian, idealisme, dan argumentasi yang kuat.
Beruntung rasanya jika memiliki sikap idealis dan ambisius. Kita banyak belajar hal baru, berani menanggung resiko, memiliki skill problem solving yang lebih baik, percaya diri, dan tidak akan mudah menyerah jika dihadapkan pada situasi sesulit apapun.
Mindset be positive thinking yang terbangun di alam bawah sadar kita akan secara otomatis terbentuk, dan mengendalikan raga serta pikiran kita untuk merespon dengan cepat dan baik.
Motivasi yang selalu tertanam adalah break the limit agar kita melakukan loncatan yang lebih jauh dan selalu menjadi versi terbaik dari diri sendiri.
Memang tidak mudah mempertahankan idealisme diri, banyak sekali perdebatan dan pertentangan dari luar diri yang berusaha mengatur bagaimana hidup kita untuk menjadi lebih baik menurut “versi mereka”.
Namun, semua kembali kepada diri sendiri, akan seperti apa kita membentuk diri kita sendiri, karena kita memiliki otonomi dan power penuh atas diri kita sendiri.
Magang memang hanya sebuah pelatihan kerja, namun tidak salah jika memang harus bersikap idealis dan ambis untuk mencapai yang terbaik tanpa menyingkirkan orang lain.
Yang salah adalah bersikap pesimistik terhadap diri sendiri yang selalu menanyakan “apakah aku mampu?” tanpa melakukan aksi apapun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H