Siapa sih yang ga kenal gen Z? gen Z atau yang sering kita kenal sebagai anak-anak muda atau sebagai generasi emas Indonesia yang lahir antara tahun 1997-2012 dan sekarang berkisar umur 12 tahun sampai 27 tahun. Kenapa sih gen Z kok bisa disebut sebagai generasi emas Indonesia? gen Z adalah mereka anak muda yang berpotensi pada kemampuan mengadopsi dan memanfaatkan teknologi dengan cepat, kreativitas dalam memecahkan masalah, serta kesadaran sosial dan lingkungan yang tinggi, dilansir dari artikel rri.co.id yang berjudul "Gen Z Diingatkan Bersiap Hadapi Generasi Emas 2045". Di era sekarang gen Z didorong untuk menjadi pendorong utama kemajuan bangsa dengan membekali diri dengan berbagai strategi yang jitu. Penguasaan teknologi menjadi kunci utama, dipadukan dengan kemampuan soft skills seperti komunikasi, kolaborasi, dan problem solving yang mumpuni. Tak hanya itu, gen Z juga perlu membangun personal branding dan jaringan profesional yang kuat untuk membuka peluang karir yang gemilang.
Di dunia kerja sekarang sangat dibutuhkan bagaimana cara kerja kita itu menjadi lebih efektif dan efisien yang sangat identik dengan pandangan bekerja gen Z saat ini yaitu dapat bekerja dimana saja yang penting dapat melakukan pekerjaan, namun juga dapat menghasilkan pendapatan yang banyak untuk mencapai worklife balance. Worklife balance ini sudah menjadi sebagai gaya hidup gen Z sekarang. Dilansir dari glints.com, worklife balance adalah suatu keadaan di mana seseorang dapat mengatur dan membagi antara tanggung jawab pekerjaan, kehidupan, dan tanggung jawab lainnya. Worklife balance ini dapat membantu agar tidak terjadi konflik terhadap kehidupan sendiri dengan pekerjaan sehingga dapat meminimalkan rasa stres terhadap pekerjaan. Worklife balance banyak dicari gen Z, karena jika gen Z sudah mendapatkan atau mencapai worklife balance berarti kehidupan kedepannya sudah terjamin. Apa saja sih yang dilakukan gen Z setelah mendapatkan atau mencapai worklife balance? gen Z bisa menjalani hobi hingga melatih kemampuan mereka dengan memanfaatkan waktu di luar pekerjaan sehingga menjadi lebih produktif.
Seperti yang kita tahu bahwa tuntutan pekerjaan sekarang terkadang sudah melewati batas kemampuan seseorang mulai dari beban pekerjaan yang tingga sehingga sering membawa pekerjaan yang tidak selesai untuk diselesaikan di rumah agar pekerjaan bisa selesai hingga target kerja yang tidak realistis. Hal-hal ini sangat dihindari oleh gen Z karena dapat menyebabkan dampak negatif antara lain:
- Stres dan kelelahan yang dapat berakibat pada penurunan produktivitas, kesehatan yang terganggu, dan bahkan depresi.
- Burnout dapat menyebabkan hilangnya semangat kerja, penurunan kualitas pekerjaan, dan bahkan keinginan untuk keluar dari pekerjaan.
- Ketidakseimbangan kehidupan pribadi seperti dapat mengganggu waktu untuk keluarga, teman, dan hobi yang menyebabkan konflik dalam hubungan personal dan penurunan kualitas hidup.
Hal ini juga terjadi, akibat ada gap generation didalam dunia kerja mulai dari generasi baby boomers, gen X, dan Milenial. Bagaimana sih cara pandang kerja setiap generasi di Pekerjaan?
- Generasi baby boomers adalah kelompok orang yang lahir dari tahun 1944 sampai 1964 dan sekarang berkisar umur 80 tahun hingga 60 tahun. Pandangan pekerjaan oleh baby boomers yaitu mengharapkan pekerjaan memberikan kesenangan dan pencapaian prestasi, dan mereka harus menunjukkan keunggulan diri, jadi banyak yang bekerja dengan jam kerja jauh lebih panjang.
- Generasi X adalah kelompok orang yang lahir dari tahun 1965 sampai 1981 dan sekarang berkisar umur 59 tahun hingga 43 tahun. Pandangan pekerjaan oleh gen X yaitu mengharapkan pekerjaan memberikan penghargaan dan kesenangan. Mereka tahu mereka akan bekerja di malam-malam tertentu atau kadang di hari libur sehingga bagi mereka melakukan panggilan telepon pribadi atau menjelajah internet saat kerja adalah hal yang adil.
- Generasi milenial adalah kelompok orang yang lahir dari tahun 1982 sampai 1996 dan sekarang berkisar umur 42 tahun hingga 28 tahun. Pandangan pekerjaan oleh Milenial yaitu tumbuh di era elektronik global di mana pekerjaan tak pernah berakhir, dan kadang mereka tak melihat perlunya jam kerja yang kaku. Mereka mengambil saat-saat untuk beristirahat dan melakukan kesenangan serta minat lain saat mereka ingin, dan kadang bekerja di luar jam kantor.
Dari adanya perbedaan pandangan bekerja dari setiap generasi antara baby boomers, gen X, milenial dan juga gen Z, sekarang kebanyakan sekarang di tempat kerja banyak yang menormalisasikan atau menganggap hal tersebut adalah hal yang biasa dalam bekerja sehari-hari dari terutama cara pandang bekerja generasi baby boomers yang menyebabkan gen Z yang sudah mulai bekerja sekarang mengalami dampak negatif seperti stres, kelelahan, burnout, dan tidak ada keseimbang antara kehidupan pribadi mereka dengan pekerjaan yang dilakukan.
Kenapa sih cara pandang pekerjaan oleh generasi baby boomers paling mempengaruhi dampak negatif bagi gen Z? Karena generasi baby boomers kebanyakan sekarang di dunia kerja sudah menduduki jabatan top level seperti manajer, eksekutif, dan sebagainya sehingga generasi baby boomers memiliki kekuatan dan pengaruh yang besar dalam menentukan budaya kerja di tempat kerja. Sedangkan gen Z yang baru memasuki dunia kerja terjebak dalam budaya ini, meskipun tidak sesuai dengan gaya hidup dan nilai-nilai gen Z. Hal ini yang menjadi tantangan bagi gen Z bagaimana beradaptasi di dalam dunia kerja sekarang.
Dalam menjalani tantangan yang terjadi akibat pandangan kerja oleh berbagai generasi ini, maka diperlukan strategi bekerja yang efektif dan efisien bagi gen Z. Strategi bekerja yang efektif dan efisien ini dapat memudahkan kita sebagai gen Z untuk mencapai tujuan apa yang diinginkan dan lebih menyenangkan serta mampu beradaptasi dengan dunia kerja sekarang. Seperti yang kita tahu bahwa gen Z ini perlu sesuatu hal yang dapat memicu adrenaline agar membuat gen Z ini untuk lebih mau bergerak dan bersemangat dalam bekerja. Strateginya apa saja sih yang perlu diterapkan gen Z untuk beradaptasi di masa sekarang agar bekerja secara efektif dan efisien?
- Pahami Diri dan Kebutuhan Kita Sendiri
Langkah pertama adalah memahami kekuatan, kelemahan, dan gaya kerja yang paling cocok dengan diri kita sendiri. Apakah diri kita lebih produktif bekerja di pagi hari atau malam hari? Apakah diri kita lebih suka bekerja mandiri atau berkolaborasi dengan orang lain? Memahami diri sendiri akan membantu kita memilih strategi kerja yang paling efektif dan efisien.
- Mengatur Waktu dengan Tepat
Buatlah jadwal harian atau mingguan yang realistis dan alokasikan waktu dengan tepat untuk menyelesaikan tugas-tugas. Manfaatkan aplikasi pengingat atau kalender digital untuk membantu kita tetap fokus dan disiplin. Hindari multitasking dan fokuslah pada satu tugas dalam satu waktu.
- Komunikasikan Kebutuhan Kita Sendiri
Jangan ragu untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan atasan dan rekan kerja tentang kebutuhan dan batasan kita sendiri dalam bekerja. Diskusikan tentang fleksibilitas waktu kerja atau cuti jika diperlukan. Komunikasi yang terbuka dan transparan akan membantu kita mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi yang tentu kita impikan.
- Tetapkan Batasan
Menjaga kesehatan mental dan fisik adalah hal yang vital. Hindari membawa pekerjaan ke rumah atau terus-menerus memantau email dan pesan pekerjaan di luar jam kerja. Tetapkan batasan yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Menjaga batasan ini akan membantu kita terhindar dari stres, kelelahan, dan burnout.
- Bangun Hubungan yang Baik
Cobalah untuk bersikap ramah, terbuka, dan suportif terhadap orang-orang di sekitar kita. Bekerjasamalah dengan tim dengan baik, berikan bantuan, dan mintalah bantuan saat kita membutuhkannya. Hubungan yang positif akan membuat pekerjaan kita lebih menyenangkan, meningkatkan produktivitas, dan membantu kita mencapai tujuan bersama.
- Jangan Ragu untuk Berkata "Tidak"
Kita berhak untuk mengatakan "tidak" dengan sopan dan profesional jika kita sendiri merasa sudah memiliki terlalu banyak pekerjaan atau permintaan yang tidak sesuai dengan kemampuan dan waktu kita. Kita boleh "menyenangkan" orang lain, namun jangan lupa kalau kita juga harus merasakan hal yang menyenangkan juga.
- Selalu Belajar dan Berkembang
Di era yang penuh dengan perubahan dan perkembangan pesat ini, terus belajar dan berkembang adalah kunci untuk meningkatkan kemampuan dan produktivitas kita sendiri. Pelajari hal-hal baru yang dapat membantu kita dapat bekerja lebih efektif dan efisien. Berinvestasi dalam pengembangan diri adalah investasi terbaik untuk masa depan kita sendiri.
- Jaga Kesehatan Fisik dan Mental
Kesehatan fisik dan mental adalah pondasi utama untuk mencapai work-life balance yang ideal. Luangkan waktu untuk melakukan aktivitas yang kita sukai yang dapat membantu kita meredakan stres, meningkatkan mood, dan menjaga kesehatan mental. Tubuh dan pikiran yang sehat akan membantu kita bekerja dengan lebih optimal dan menikmati hidup dengan lebih bahagia.
- Temukan Semangat
Temukan tujuan kita dan jadikan itu sebagai kompas yang menuntun kita dalam bekerja. Semangat yang membara akan membantu kita mengatasi tantangan, meningkatkan produktivitas, dan mencapai kesuksesan. Kerja yang dilakukan dengan penuh semangat akan terasa lebih menyenangkan dan membuahkan hasil yang memuaskan.
Tentu saja, meskipun strategi-strategi diatas sangatlah berguna untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas di tempat kerja, kita sebagai gen Z sering kali dihadapkan dengan tantangan unik yang membuat penerapannya tidak selalu berjalan mulus. Setiap lingkungan kerja memiliki dinamika dan budaya yang berbeda, yang memerlukan pendekatan yang fleksibel dan adaptif. Oleh karena itu, kemampuan kita untuk beradaptasi dan bersikap fleksibel menjadi kunci utama dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi yang tidak terduga. Dengan terus belajar dan memahami konteks serta kebutuhan lingkungan kerja, kita dapat lebih bijaksana dalam memilih dan menerapkan strategi yang paling sesuai. Pendekatan yang proaktif dan sikap yang terbuka terhadap perubahan akan membantu kita mengatasi hambatan dan meraih kesuksesan profesional dalam jangka panjang ataupun yang kita inginkan di masa depan.
Daftar Pustaka
Ramadhani, Lusi Kusumah. (2024). Gen Z Diingatkan Bersiap Hadapi Generasi Emas 2045. Dil lansir pada 17 Juni 2024 dari https://www.rri.co.id/daerah/749932/gen-z-diingatkan-bersiap-hadapi-generasi-emas-2045
Perdana, Arkan. (2022). Work Life Balance: Arti, Manfaat, Cara Mewujudkan, dan Faktor yang Memengaruhi. Di lansir pada 17 Juni 2024 dari https://glints.com/id/lowongan/work-life-balance-adalah/
Valeri Nito Karandika
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H