Mengapa kita tidak ikut pilkada. Semuanya akan dijelaskan. Kita memberi pesan kepada bangsa ini, ditengah sikap pragmatis partai, politik penuh transaksi dan manusia-manusia yang haus kekuasaan denga membayar, kita berdiri tegak untuk melawan semua itu.
Di tengah pesimisme publik dalam proses Pilkada ini, masih ada orang seperti kita yang tidak goyah dengan prinsip dan nilai yang kita yakini. Salam hormat saya buat kita semua. Mungkin kita gagal meraih kekuasaan tapi kita menang dalam membela nilai yang kita yakini. Maaf atas segalanya. Hanya kata terima kasih yang mampu saya ungkapkan untuk melukiskan segala yang luar biasa yang telah kita jalani bersama.” (Sebastian Salang)
Setelah membaca pesan pendeknya tersebut, rasa-rasanya saya tidak mempercayainya. Bagaimana tidak, saya sebelumnya telah mengetahui, jika Sebastian telah memperoleh dukungan pencalonan dari Golkar dan PKB, yang jika diakumulasi memiliki 6 kursi.
Ia sesungguhnya butuh satu kursi saja, sebagaimana yang disyaratkan. Namun, Sebastian Salang sudah memilih dan menunjukan komitmennya sejak awal. Saya pribadi melalui pesan singkat di akun Facebook, yang juga saya teruskan padanya hanya dapat mengatakan begini:
“ Salut untuk Abang Sebastian Salang, yang telah memutuskan untuk mengakhiri proses pencalonannya sebagai Bupati Manggarai, Flores, NTT. Kami yang mensuportmu tidaklah kecewa, namun justru menghormati pilihan untuk tetap berpegang pada idealisme (tidak bersedia membeli tiket yang diimingi parpol untuk dapatkan rekomendasi). Tentu tidak sedikit pihak yang sinis dengan pilihan ini, namun yakinlah sosok yang berkualitas dan punya prinsip seperti abanglah yang terus akan berjaya hari ini dan nanti ”. Salam dari Pulau Dewata” (***)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H