Mohon tunggu...
Valerian Itu Faris
Valerian Itu Faris Mohon Tunggu... Advokat & Konsultan Hukum -

Jangan Tunda. Lakukan Sekarang !

Selanjutnya

Tutup

Politik

Umpatan untuk Berbagai Tim di Tanah Papua

22 Juli 2015   04:09 Diperbarui: 22 Juli 2015   04:31 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekesalan luar biasa disampaikan Oktovianus Pogau, lewat akun Facebook pribadinya. Dari profilnya, tertera jika Oktovianus Pogau bekerja sebagai Jurnalis pada salah satu media di Tanah Papua.

Sosok Pogau sangat aktif mengupdate kabar, juga meluruskan beragam pemberitaan media mainstream pasca Insiden Kurubaga (Tolikara) Papua yang terjadi belum lama ini. Simak status Oktovianus dibawah ini:

Yang disebut; setiap terjadi peristiwa di berbagai Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan Papua Barat, ada berbagai macam Tim Independen yang dibentuk, disusun, dan diturunkan. Seperti tim dari Mabes POLRI, Mabes TNI, tim dari Kementeriaan-Kementerian, tim dari Gereja-Gereja, tim dari LSM-LSM, tim dari Pemuda-Pemuda, tim dari mana saja dibentuk, bahkan tim "Jurnalistik" juga dikirim.

Tapi yang selalu tak pernah diketahui adalah tim-tim ini datang ke tempat kejadian perkara buat apa ehh? Pengalaman kami orang Papua, banyak warga, sampai anak kecil juga di wawancarai, dan dimintai keterangan sedetail-detail, sampai se dalam-dalamnya, sampai gaya interogasi / tanya tim-tim ini, mengalahkan US Marshal.

Tapi begitu selesai, pulang ke tempat asal, laporan di masukan ke tempat sampah, syukur-syukur dibuatkan Jumpa Pers atau terbitkan dalam laporan untuk dibaca kalangan umum. Dan yang paling parah, tim-tim ini selalu pakai kaca mata kuda; dan punya standar ganda dalam memandang keadilan dan penegakan hukum.

Anda mau contoh? Peristiwa tertembaknya empat pemuda di Paniai adalah salah satunya. Tim mabes POLRI turun tiga kali, tim POLDA Papua turun dua kali, tim Mabes TNI turun dua kali, tim gabungan TNI/Polri/Menkopolhukam, dan bahkan Propam, dan Pengadilan Militer Pusat (ada sekitar 20 orang dipimpin beberapa Jenderal) turun dua kali ke Enarotali, Paniai, jadi semua ada 9 kali turun lapangan. Sampai sudah tujuh bulan lewat begini, pelaku penembakan empat siswa dengan sangat biadab dan brutal ini belum juga ditemukan.

Mungkin ayam dan kucing di sekitar lapangan enarotali yang pegang senjata M-16 dan AK-47 baru tembak kha? Padahal banyak saksi bilang, ada binatang melata nama "Paskhas" di menara yang tembak dua pemuda dengan Sniper (satu tembakan peluru masuk lewat dada. dan keluar di pantat seorang pemuda. Dan satu lagi tembakan masuk di leher dan keluar di punggung seorang pemuda). Sedangkan dua pemuda lagi, kata para Saksi ditembak "hewan pemakan bangkai" yang menggenakan baju ijo dan coklat.

Dalam kasus Tolikara, saya berani bertaruh, para pelaku pembakaran, pendeta-pendeta yang di duga tulis dan tanda tangan surat, dan beberapa panitia, yang notabene adalah orang asli Papua akan diberikan hukuman yang seberat-beratnya. Tapi akankah pelaku penembakan 12 pemuda ditangkap dan diadili?

Itu yang saya bilang, tahi kucing dengan yang namanya keadilan dan penegakan hukum di Republik bangsat ini. Kami sudah terlalu tahu dan semakin hari dibuat marah dengan kebiadaban dan perilaku orang-orang yang katanya paling toleran di Republik ini ! (Sumber: https://www.facebook.com/Papuanus )

MEMANDANG LEWAT SUDUT PANDANG POSITIF

Setelah membaca statusnya itu, saya langsung menarik nafas panjang. Disinilah letak dilematika, sekaligus tantangan bagi semua otoritas terutama dibawah kendali Pemerintahan Jokowi. Dilematikanya yakni menghadapi kemuakan, serta ketidakpercayaan seperti ini, namun tantangannya justru mengembalikan kepercayaaan itu, dengan kerja efektif dan tuntas.

Jika dicermati dengan arif, catatan kritis Oktovianus Pogau diatas, merupakan ekspresi jujur, terbuka, apa adanya yang mesti dipandang lewat sudut pandang positif. Menurut saya, yang membuatnya kesal, marah dan jengkel, justru pada pola kerja dan tidak jelasnya hasil kerja dalam rangka penuntasan segala kasus yang pernah terjadi di Tanah Papua.

Kritiknya langsung mengarah pada tindakan pasca Insiden Kurubaga, dimana mulai bermunculan tim-tim yang dibentuk dengan maksud untuk mengungkap tuntas kasus ini. Bagaimana dengan hasil kerja tim-tim yang pernah dibentuk sebelumnya, untuk kasus yang berbeda di tanah Papua?”

Ikwalnya bukan pada statement berbunga “kehendak baik”, namun pengalaman tidak pernah jelasnya hasil akhir, serta penghukuman atas para pelaku dalam perspektif keadilan dan penegakan hukum. Harapan saya, mudah-mudahan kekesalan Oktovianus Pogau di atas, menjadi cambuk untuk laku kesungguhan bekerja. Jika tidak, mau jadi apa Republik ini? (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun