Pada saat ini ,kita mengenal beberapa bahasa daerah yang begitu banyak. Untuk topik saat ini,kita akan membahas tentang salah satu bahasa daerah di Sumatera Barat,yakni Bahasa Minangkabau. Sebelum masuk ke topik,apakah Anda sudah tahu apa itu Minangkabau? Berikut penjelasannya.
Minangkabau
 Minangkabau. Mungkin banyak yang belum tahu,Minangkabau itu apa? Orang manakah mereka? Jadi,Minangkabau adalah kelompok etnis asli Nusantara yang wilayah persebarannya meliputi kawasan yang kini masuk dalam wilayah Sumatera Barat (kecuali Kepulauan Mentawai), separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, bagian barat daya Aceh, dan Negri Sembilan,Malaysia. Minangkabau merujuk pada entitas kultural dan geografis yang ditandai dengan penggunaan bahasa,adat yang yang menganut sistem matrilineal, dan agama Islam.
Asal usul orang Minangkabau sendiri adalah orang-orang dari Austronosia yang melakukan migrasi dari daratan China Selatan ke Pulau Sumatera sekitar 2.500-2.000 tahun yang lalu masuk dari arah pulau timur Sumatera. Sesampai nya mereka di Pulau Sumatera, mereka menyusuri aliran Sungai Kampar, Sungai Siak, dan Batang Kuantan sampai ke dataran tinggi yang disebut darek. Di dataran tinggi atau darek tersebut, mereka mendirikan beberapa kampung, yang kemudian menjadi kampung asal atau menjadi asal muasal Orang Minangkabau. Beberapa kawasan darek tersebut membuat semacam konfedensi mereka masing-masing, yang dikenal dengan nama Luhak Nan Tigo,seperti Luhak Tanah Data, Luhak Limo Puluah, Luhak Agam. Setiap darek memiliki seorang pemimpin yang disebut Tuan Luhak.
Secara historis, orang-orang percaya bahwa bahasa Minangkabau berasal dari bahasa Proto-Malayo-Polynesia, yang merupakan cikal bakal dari semua bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan Asia Tenggara. Bahasa Minangkabau mengalami pengaruh dari bahasa dan kebudayaan dari negara lain seiring berjalannya waktu, seperti bahasa Melayu, Arab, India, dan Belanda. Pengaruh ini terlihat dalam kosakata, tata bahasa, dan struktur bahasa. Bahasa Minangkabau telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir.Â
Bahasa Minangkabau berkembang pesat dalam berbagai warna dan corak di berbagai daerah di Sumatera Barat. Keberagamaan tersebut disebabkan oleh beberapa berbagai faktor yang ada diluar bahasa. Faktor yang mempengaruhi munculya variasi bahasa anatra lain faktor lokasi dan faktor status sosial bahasa lisan. Keanakeragamaan bahasa yang digunakan di berbagai tempat disebut dialek. Secara tradisional, bahasa Minangkabau dibagi atas empat dialek,yaitu dialek Tanah Data,Dialek Agam, Dialek Limo Puluah, dan dialek Pesisir. Perbedaan juga terlihat pada penggunaan kata yang berbeda menyebut objek yang sama. Contoh: kata bahasa Indonesia untuk ''memilih'' disebut demikian di beberapa daerah: Bucuik, Cubuik, Bacuik, Cubuk, tapi mungkin ada pilihan yang lain juga.Â
Agam-Tanah DatarÂ
Â
Agam-Tanah Datar adalah bahasa yang paling banyak digunakan di pusat kota Sumatera Barat. Dialek ini dianggap sebagai standar penguasaan penggunaan bahasa Minangkabau karena tidak memiliki atau menggunakan karakteristik dialekteal (kedaerahan) yang ada pada beberapa subdialek lainnya. Inilah sebabnya bahasa Minangkabau dengan dialek Agam-Tanah Data sering disebut sebagai Bahaso Padang atau bisa disebut juga Bahaso Urang Awak. Bahasa Minangkabau memiliki banyak dialek, bahkan kampung-kampung terpisah oleh sungai dapat berbicara dalam dialek yang berbeda.
Sastra Lisan Minangkabau
Sastra Lisan merupakan jenis karya sastra yang diturunkan dari mulut ke mulut yang berkemungkinan mengalami perubahan dari generasi ke generasi baik berupa perubahan tata bahasa maupun menghilangkan alur-alur tertentu dan sebagainya.Â
Berbagai gaya sastra lisan, seperti pantun, cerita rakyat, dan lagu daerah, telah diwariskan dari nenek moyang ke generasi selanjutnya dan merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat Minangkabau. Sastra Lisan di Minangkabau merupakan bagian integral dari budaya dan tradisi masyarakatnya, diwariskan dari generasi ke generasi melalui berbagai bentuk seperti cerita, lagu, dan pertunjukkan. Sastra ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan saja, tetapi juga berfungsi sebagai sarana pendidikan, penyampaian nilai-nilai moral, dan indetitas budaya.
Jenis-jenis Sastra LisanÂ
1.Kaba
Merupakan bentuk prosa yang menceritakan sejarah, asal-usul nenek moyang, dan adat istiadat masyarakat Minangkabau. Kaba seringkali digunakan dalam upacara adat dan memiliki nilai edukatif yang tinggi.
2.Dongeng
Cerita rakyat yang mengandung unsur fantasi dan moral, seperti Malin Kundang dan Bawang Putih Bawang Merah. Dongeng ini berfungsi untuk menyampaikan nilai-nilai kearifan lokal pada anak-anak.
3.Legenda
Cerita yang menjelaskan asal-usul suatu tempat atau peristiwa dalam sejarah Minangkabau, seperti Legenda Danau Singkarak dan Gunung Marapi.
4.Pepatah dan Peribahasa
Ungkapan singkat yang mengandung makna bijak dan sering digunakan dalam percakapan sehari-hari untuk memberikan nasihat atau petunjuk.
5.Pantun
Bentuk puisi yang memiliki rima dan irama tertentu, sering digunakan dalam pergaulan sehari-hari serta dalam upacara adat. Pantun juga menjadi salah satu cara untuk menyampaikan pesan moral.
6.Mantra
Ungkapan yang biasanya digunakan dalam konteks ritual atau keagamaan, mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan kata-kata.
Pertunjukkan Sastra Lisan
Sastra lisan di Minangkabau juga dihidupkan melalui berbagai pertunjukkan, antara lain:
1.Randai
Teater tradisional yang menggabungkan elemen tari, musik, dan drama. Randai sering menyampaikan cerita-cerita kaba dan melibatkan interaksi antara penampil dan penonton.
2.Bagurau Saluang
Pertunjukkan yang melibatkan dialog berbalas pantun diiringi alat musik saluang. Ini biasanya dilakukan pada malam hari sebagai bentuk hiburan bagi masyarakat.
3.Indang
Kesenian yang berasal dari daerah Pariaman, biasanya ditampilkan dalam berbagai acara tradisional seperti acara pernikahan dan perayaan-perayaan. Indang melibatkan nyanyian pantun dan diiringi alat musik seperi rapai.
Peran Sastra Lisan
Sastra lisan di Minangkabau tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media untuk menanamkan nilai-nilai budaya dan karakter kepada generasi muda. Melalui sastra tulisan, masyarakat dapat mempertahankan identitas budaya mereka sambil terus beradaptasi dengan perubahan zaman. Dengan demikian, sastra lisan menjadi jembatan antara tradisi dan moderinitas dalam masyarakat Minangkabau.
Sastra Tulisan MinangkabauÂ
Sastra tulisan di Minangkabau merupakan bagian penting dari warisan budaya-budaya yang mencerminkan nilai-nilai, sejarah, dan tradisi masyarakat. Berbeda dengan sastra lisan yang disampaikan secara oral, sastra tulisan mengandalkan media tertulis untuk medokumentasikan dan menyebarluaskan karya-karya sastra.
Jenis-jenis Sastra Tulisan Minangkabau
1.Kaba
Kaba adala salah satu bentuk sastra klasik yang ditulis dalam bahasa Minangkabau. Kaba seringkali berbentuk prosan dan menceritakan kisah-kisah heroik atau legenda, seperti Cindua Mato dan Sabai nan Aluih. Kaba ini awalnya ditulis dengan menggunakan aksara Jawi dan kemudian dialihkan ke aksara Latin untuk memudahkan akses.
2.Hikayat
Merupakan narasi yang menceritakan kisah-kisah sejarah, legenda, dongeng. Contoh hikayat yang terkenal adalah Hikayat Raja Ali dan hikayat Malim Deman yang mencerminkan nilai-nilai moral masyarakat.
3.Syair
Bentuk puisi yang memiliki rima tertentu, biasanya menggambarkan tentang tema cinta, perjuangan, dan nasihat. Beberapa syair terkenal antara lain Syair Perahu. Syair sering digunakan dalam berbagai acara adat sebagai bentuk ekspresi seni.
4.GurindamÂ
Sebuah bentuk puisi dengan dua baris yang mengandung nasihat atau ajaran moral. Gurindam biasanya digunakan dalam konteks pendidikan dan pengajaran nilai-nilai etika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H