Mohon tunggu...
Valentino William Yapergo
Valentino William Yapergo Mohon Tunggu... Lainnya - Duelist Magang

Beban dunia tingkat Profesional

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Strategi Efektif Dalam Manajemen dan Komunikasi Krisis : Studi Kasus PT. Tupperware Indonesia

14 Januari 2025   13:39 Diperbarui: 14 Januari 2025   13:39 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Krisis adalah situasi yang tidak terduga yang dapat mengancam keberlangsungan sebuah organisasi. Menurut Coombs (2015), krisis didefinisikan sebagai "situasi tak terduga yang berpotensi menyebabkan kerugian signifikan jika tidak dikelola dengan baik." Dalam konteks perusahaan, krisis dapat berupa masalah internal, seperti kegagalan produksi, atau eksternal, seperti penurunan citra akibat kontroversi publik.

PT. Tupperware Indonesia, anak perusahaan dari Tupperware Brands Corporation, merupakan salah satu pemain utama dalam industri produk rumah tangga di Indonesia. Perusahaan ini telah lama dikenal dengan produk inovatifnya yang berkualitas tinggi, serta pendekatan pemasaran berbasis komunitas yang unik. Namun, seperti perusahaan lainnya, Tupperware juga tidak kebal terhadap tantangan pasar yang dinamis dan kompleks.

Pada awal 2023, Tupperware Indonesia menghadapi salah satu krisis terbesar dalam sejarah operasinya. Penurunan daya beli masyarakat pasca-pandemi COVID-19 telah memengaruhi industri secara keseluruhan, termasuk pasar barang konsumen. Selain itu, munculnya produk-produk pesaing dengan harga lebih kompetitif menambah tekanan pada posisi pasar Tupperware. Situasi ini diperburuk oleh isu internal berupa restrukturisasi organisasi, yang mencakup pemutusan hubungan kerja (PHK) signifikan. Restrukturisasi ini menimbulkan ketidakpuasan di antara karyawan, yang kemudian menyebar melalui media sosial dan menarik perhatian publik.

Media massa, baik nasional maupun internasional, memberitakan kondisi perusahaan secara intens, menimbulkan persepsi negatif di mata masyarakat. Berita-berita tersebut memicu spekulasi bahwa PT. Tupperware Indonesia berada di ambang kebangkrutan. Dampaknya, kepercayaan konsumen dan mitra bisnis terhadap perusahaan menurun drastis. Dalam situasi seperti ini, diperlukan manajemen krisis yang terstruktur dan komunikasi strategis yang efektif untuk memitigasi dampak krisis.

Menurut analisis pasar yang dilakukan oleh Nielsen (2023), sebanyak 68% konsumen lebih cenderung beralih ke merek lain jika suatu merek tidak memberikan respons memadai terhadap masalah yang sedang dihadapi. Hal ini mempertegas pentingnya peran komunikasi krisis yang tidak hanya berfokus pada penyampaian informasi, tetapi juga membangun kembali kepercayaan publik. Dalam kasus PT. Tupperware Indonesia, krisis ini juga memperlihatkan bagaimana dinamika pasar dapat berubah dengan cepat akibat pengaruh digitalisasi dan tren konsumen yang semakin sensitif terhadap isu harga dan keberlanjutan produk.

Selain itu, pandemi COVID-19 telah mempercepat adopsi teknologi digital di berbagai sektor, termasuk sektor barang konsumen. Konsumen sekarang lebih memilih untuk berbelanja secara daring, yang menyebabkan persaingan di platform e-commerce semakin ketat. PT. Tupperware Indonesia menghadapi tantangan tambahan untuk menyesuaikan strategi pemasaran mereka dengan tren ini, sambil tetap mempertahankan pendekatan tradisional berbasis komunitas yang menjadi identitas mereka.

Penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Menganalisis penyebab utama krisis yang dihadapi oleh PT. Tupperware Indonesia.
  2. Mengidentifikasi strategi komunikasi krisis yang diterapkan oleh perusahaan.
  3. Mengevaluasi efektivitas langkah-langkah tersebut dalam memulihkan kepercayaan publik.

Dengan menganalisis langkah-langkah yang diambil oleh PT. Tupperware Indonesia dalam menghadapi krisis ini, artikel ini diharapkan dapat memberikan wawasan praktis bagi perusahaan lain yang menghadapi tantangan serupa.

BAB II

METODE

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun