Sedangkan Kaesang Pangarep, memilih partai lain untuk membesarkan partai Nasionalis atau boleh dikatakan Partai Relawan, yang merupakan partai setia pendukung Jokowi untuk mengajak partisipasi generasi muda di dalam pemilu untuk menekan golput dan menjadikan partainya sebagai partai anak muda untuk terlibat di dalam menentukan arah kebijakan negara di masa depan, Â cukup beralasan, tanpa memikirkan dimanfaatkan demi kepentingan partai sebagai pendatang baru. Tentu sebagai ayahanda, yang menjunjung tinggi kebebasan hak warga negara, harapan generasi muda, penegakan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka dalam iklim demokrasi tikda ada alasan Jokowi tikda merestuinya, namun dengan pertimbangan bahwa partai yang dipimpinnya tidak berhaluan dan bertentangan atau beda dengan partai yang membesarkan kiprah politiknya.
Apa yang dipaparkan dalam tulisan ini seolah-olah menolak anggapan bahwa politik itu sangat dinamis dan dapat berubah kapan saja, bahkan dalam hitungan menit atau jam. Â Penulis berusaha secara jujur menpatkan Jokowi pada karakter jati dirinya serta kesadaran penuhnya terkait fungsi dan kedudukannya sebagai Presiden dan Kader Partai.Â
Mungkin saja keliru analisa ini dan anda lebih mengenalnya dengan baik. Namun lebih dari itu menghadirkan analisis yang jujur untuk membendung miss information tentang sikap Jokowi sesunguhnya, yang bagi saya berpijak pada kebenaran dari sudut pandang pribadi tanpa menapik kekurangan, kegagalan dan kelemahan dari Jokowi sendiri. Namun tetap memiliki optimisme, bahwa penggantinya nanti sudah dipastikan akan melanjutkan dan memperbaiki apa yang kurang bahkan gagal selama masa kepepimpinannya.
Pada akhirnya, jika ditanya siapa pilihan saya? Hanya saya dan Tuhan yang tahu, dibilik pecoblosan, baik itu melalui Pilpres, Pileg maupun pilkada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H