Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jika Benar Megawati Mempertimbangkan Pasangan Prabowo-Ganjar, Wajar!

14 Januari 2023   09:58 Diperbarui: 14 Januari 2023   10:23 13364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Capres dan Cawapres masih tanda tanya. (ilustrasi:ngobar) 

"Saiki nungguin. Gak ada, ini urusan gue," 

Kutipan Pidato Megawati  pada HUT PDIP di JIExpo, (10/01/2023)


Hingga hari ini, belum juga kita mendegar atau membaca pernyaan atau pengumuman (pencalonan) Presiden dan Wakil Presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yang langsung  akan disampaikan oleh ketua umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, untuk berkompetisi pada ajang Pemilu 2024.

Wajar jika banyak pihak yang menunggu, termasuk kader  partai bahkan masyarakat luas. Kabar tekahir yang beredar bahwa Megawati akan mengumumkan nama calon presiden yang diusung PDI-P pada Pemilu Serentak 2024 di acara puncak HUT Ke-50 PDIP di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1/2023). Namun megawati belum juga mengumumkan kadidatnya.

Hal ini tentu saja menimbulkan teka-teki siapa  nama Capres dan Cawapres, yang menurut kader PDIP lingkaran satu Megawati, termasuk disampaikan lansgungg oleh putrinya sendiri, Puan Maharani, bahwa nama-nama tersebut sudah dikantongi oleh Megawati. Sehinga wajar pula bila bermunculan, berbagai spekulasi siapa calon capres dan cawapres yang di usung oleh PDI-P nantinya.

Mengapa pasangan calon dari PDI-P ini penting? Karena merujuk pada Undang-undang (UU) Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, ambang batas pencalonan presiden dan wakil presiden ialah minimal memiliki 20 persen kursi di DPR RI. Maka berdasarkan ketentuan tersebut, hanya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang memenuhi persyaratan untuk dapat mencalonkan presiden sendiri tanpa koalisi dengan partai politik lainnya.

Lalu siapa pasangan calon, yang sudah dikantongi atau Megwati tetapi dalam kenyataan masih berpikir ulang untuk meninjau kembali apa yang sudah dikantonginya itu?

Banyak pengamat, kader dan simpatisan bahkan masyarakat awam sebagian besar menjagokan kader PDIP Ganjar Pranowo, sebagi calon Presiden. Seperti diketahui, bahwa Ganjar  hinga saat ini memiliki elektabilitas tertinggi, namun masih juga belum mendapatkan mandat dari Ketua Umum PDI-P untuk melenggang ke Pilpres 2024 mendatang. Baik adanya signal adanya pertemuan khusus atau bocoran dari lingkaran satu Megawati.

Sebagai awam saya hanya dapat berspekulasi, sekalipun dipastikan bahwa pasangan calon  yang akan diumumkan oleh Megawati nanti, saya rasa masih menjadi pertimbangan beliau hingga jelang batas waktu pencalonan nanti. Banyak faktor yang dapat saya urai, namun mungkin beberapa saja.

Pertama, menurut saya, salah satu pasangan calon entah Capres adalah Cawapres dapat dipastikan berasal dari Kader terbaik PDI-P sendiri. Selanjutnya tinggal ditempatkan pada posisi yang mana? Dan Siapa sosoknya. Kemudian selanjutnya, sosok pasangan "koalisi" yang akan menduduki salah satu posisi, dari partai mana, dan siapa pula sosoknya.  

Terkait sosok dengan posisi yang belum diketahui tersebut, menurut spekulasi saya yang berpotensi adalah Ganjar dan Puan, disamping ada lagi sosok lain yang menjadi pertimbangan Megawati namun juga mempertimbangkan salah satu posisi pasangan calon dari partai koalisi lain.  Namun yang pasti, pernyataan Megawati, bahwa sosok yang dipilihnya nanti adalah sosok yang dipastikan dapat melanjutkan apa yang telah diperjuangkan mulai dari ayahadanya, proklamator dan presiden pertama, Soekarno atau seing disapa Bung Karno, yang diharapkan dapat melanjutkan kepimimpinan yang sudah dirintis olehnya dan Presiden Jokowi.

Dari pernyataan tersebut, yang dalam terjemahan saya adalah calon  Nasionalis, dari Kader PDI-P sendiri atau terbuka dari partai Nasionalis lain dan memiliki visi dan misi serta cita-cita serta garis perjuangan yang sama baik dilihat dari petokohan Presiden terdahulu termasuk dirinya, dan tentunya sesuai dengan garis perjuangan Partai yang dipimpinya. Sekalipun Megawati dalam pidatonya pada HUT PDI-Pdi JIExpo, (10/01/2023) membantah akan mencalonkan dari luar PDI-P, namun sempat diwacanakan oleh  anaknya sendiri, Puan Maharani.  

Kedua. Perhitungan politik tekait koalisi di parlemen (DPR) menjadi pertimbangan penting, sehingga dapat dipastikan salah satu pasangan calon berasal dari hasil perolehan kursi di DPR RI, pemilu 2019. Dimana PDI-P memperoleh 128 kursi dengan Jumlah suara 27.503.961 (19,33 persen), urutan kedua adalah Golkar yang memperoleh  85 kursi dengan Jumlah suara 17.229.789 (12,31 persen),  sedangkan urutan ketiga adalah Gerindra yang memperoleh  78 kursi dengan Jumlah suara: 17.596.839 (12,57 persen).
Dari analisis kedua kolisi ini, tanpa mengesampingkan dukungan dan peluang partai koalisi lainnya. Wajar jika pilihan salah satu pasangan calon salah satunya berasal dari dua partai yang saya sebutkan di atas, yang kebetulan adalah partai politik dengan haluan Nasionalis.

Selanjutnya kita analisis atau berspekulasi saja, siapa calon yang tepat kader partai Golkar atau Gerindra yang memiliki elektabilitas memadai dan tentu saja perolehan kursi di DPR RI proyeksi hasil pemilu 2019, sekalipun dapat berubah dalam pemilu 2024 nanti.

Saya pribadi belum mendapat sosok yang tepat dari kader Golkar sebagai salah satu pasangan calon yang akan diakomodir oleh Megawati. Namun untuk Gerindra, bagi saya sudah jelas adalah Ketua Umum Partai Gerindra yang telah menyatakan diri siap untuk maju dalam kopetisi pemilihan Presiden nanti. Bahkan partai ini, dalam rapat pimpinan nasional (rapimnas). Dimana kegiatan tersebut digelar di Sentul International Convention Center (SICC), Jumat-Sabtu, 12-13 Agustus 2022 telah mendeklarasikan Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres) 2024.

Lalu bagaimana dengan Sadiaga Uno? Sekalipun memiliki keinginan dan dukungan untuk berkopetisi dalam Pemilu 2024. Telah menyatakan diri, dan telah diberitakan luas, bahwa dirinya akan mematuhi keputusan partai dan mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres) 2024. Sampai di sini, jika Sandi tetap ingin maju berkompetisi, ia harus menanggalkan keanggotaannya sebagai kader partai. Namun saya tidak yakin, karena bukan karakter Sandi, dan ia sangat menghormati Prabowo Subianto.

Ketiga, setelah spekulasi hingga partai dan sosok telah dipaparkan di atas. Kuat dugaan saya, Prabowo Subianto adalah calon kuat yang dapat dipilih oleh Megawati didampingi salah satu calon terbaik dari kader PDI-P.

Pertanyaan kritisnya, sebagai partai pemenang pemilu (entah nani) adalah PDI-P, minimal hasil pemilu 2014 dan 2019. Dan biasanya, sikap partai sebagai Partai pememang pemilu adalah berhak untuk mengusung calon presiden dari partainya, bukan dari partai lain. 

Nah ini mungkin akan menjadi ganjalan jika Megawati memilih Prabowo sebagai calon Presiden. Namun bagi saya dapat saja dimungkinkan jika pertimbangan Megawati dengan melihat berbagai faktor, sekalipun masukan dan pertimbangan dari pimpinan dan lingkaran atau orang terdekat Megawati berbeda.


Mengapa harus Prabowo?
Sekalipun sosok Prabowo dimata sebagian orang memiliki rekam jejak yang belum tentu benar banyak melakukan pelanggaran HAM bahkan dugaan masalah lainnya dan dikait-kaitkan dengan "Cendana". Perlu diingat bahwa, ada "beban" pribadi Megawati sebagai Negarawan dan pemimpin bangsa yang baik dan menjaga nama besar keluarga Proklamator, (trah) Soekarno adalah janinya yang dibuat secara tertulis yang disebut oleh Rocky Gerung adalah janji suci Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang tertulis dalam Perjanjian Batu Tulis.

Latar belakang Perjanjian Batu Tulis yang ditandatangani Megawati Soekarnoputri dan Prabowo pada 16 Mei 2009 dengan tujuh poin kesepakatan. Prabowo awalnya ingin peran wakil presiden dikuatkan seperti perdana menteri. Mega menolak usul itu karena dianggap melawan konstitusi. Prabowo menerima kesepakatan karena diberi janji bakal disokong menjadi presiden pada Pemilu 2014 seperti ditulis pada poin ketujuh Perjanjian Batu Tulis.

Isi point ke tujuh tersebut berbunyi, bahwa Megawati Soekarnoputri mendukung pencalonan Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada Pemilu Presiden tahun 2014.

Janji inilah yang ditagih oleh Prabowo saat mencalonkan diri sebagai Calon Presiden, dimana pada Pemilu 2014 dan 2019, PDI-P lah sebagai partai pemenang pemilu.

Saya rasa Megawati menyadarinya, sekalipun menjadi perdebatan bahwa perjanjian tersebut akan berlaku jika pasangan Megawati dan Prabowo pada Pemilu 2009 menjadi pemenang dan menduduki pucuk pimpinan  sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Namun karena kharisma dan dukungan masyarakat, terlebih lagi kader PDI-P di seluruh Indonesia telah "Jatuh Cinta" kepada sosok mantan walikota solo dan gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo. Maka megawati memutuskan Jokowi Dodo sebagai calon Presiden, Pemilu 2014 dan Pemilu 2019, yang terbukti dimenangkannya sebagai Presiden dan mendongkrak perolehan kursi PDI-P di DPR RI.

Pertanyaan Kritis kembali, sebagai partai pemenang pemilu dan satu-satunya partai yang dapat mencalonkan capres dan wapres tahun 2024 mendatang, apakah persoalan akan berulang dimana sosok Ganjar secara tidak langsung didukung oleh Jokowi dan para pendukungnya, terlepas dari asal partai sang Presiden. Dan sebagai bukti kongkrit,  dari hasil survey berbagai lembaga survey, secara kumulatif, elektabilitas Calon Presiden  2024 hingga hari ini, yang menduduki posisi teratas atau nomor satu adalah Ganjar.

Saat ini Ganjar Pranowo berusia 54 Tahun, jika mendapat mandat menjadi Calon Presiden. Dia 4 Tahun lebih tua, dibandingkan Presiden Jokowi saat terpilih menjadi Presiden di usia 51 Tahun. Dan bila dibandingkan pendahulunya. Presiden Soekarno, saat menjabat sebagai presiden pertama Indonesia, yaitu pada usia 44 Tahun. Disinilah mengapa banyak dukungan kaum muda yang mendominasi media sosial yang mendukung Presiden dengan usia muda dibandingkan calon presiden laiinnya. Dalam hal ini Prabowo, yang berusi 71 tahun pada saat ini.

Namun tidak benar jika usia menjadi syarat utama menjadi Presiden secara konstitusi. Oleh karena itu, kita lihat lagi perolehan suara Pemilu 2019. Pemilihan umum ini dimenangkan oleh pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dengan perolehan suara 55,50%, diikuti oleh Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dengan perolehan suara 44,50%. Sekalipun selisih 1% dianggap cukup besar selisih perolehan suara. Namun dengan angka perolehan suara 44,50% dapat menjadi pertimbangan megawati jika pendukung gerindra dan PDI-P bersatu dengan mencalonkan posisi Kader PDI-P berusia muda pada posisi Cawapres.

Dan bila pilihan Megawati nanti jatuh pada Prabowo sebagai Capres, maka Cawapres dari kader PDI-P yang masih berusia muda dapat dipersiapkan untuk menjadi Capres berikutnya.

Pasti anda akan bertanya, apabila pilihan ini menjadi pilihan Megawati apakah hanya sekedar memenuhi perjanjian batu tulis? Ada benarnya, dan bukan satu-satunya. Dan apakah setega itu, hanya memberi kesempatan kepada Prabowo dicalonkan dari PDI-P hanya satu periode? Bukankah sebuah "penghinaan"? saya rasa tidak juga, kita berbicara pemilu 2024 yang memilki tantangan untuk meminimalisir Politik Identitas yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan NKRI. Lain persoalan dalam pemilu berikutnya.
Lagipula, jika dilihat dari positifnya. 

Sebagai rivalnya pada pemilu 2019, Prabowo mengambil bagian sebagai partai pendukung pemerintah, dan legowo menerima posisi sebagai Menteri Pertahanan Republik Indonesia ke-26, untuk merekatkan kembali pesatuan dan kesatuan NKRI yang terjadi paling tidak jelang Pilkada DKI Jakarta dan Pemilu Serentak 2019.  Sehingga bagi saya, ini sikap seorang pemimpin, negarawan dan tokoh Nasional yang peduli akan keutuhan bangsa ini,  terlepas dari kekurangan yang dimilikinya sebagai Manusia.

Bila dilihat kembali rekam jejak terkait Nasionalisme dan Patriotismenya, masih sejalan dengan apa yang dimiliki dan diperjuangkan oleh Soekarno, Megawati dan Joko Widodo. Sehingga syarat yang disampaikan oleh Megawati untuk Capres 2024 nanti, Prabowo memenuhi Kriteria tersebut. Hanya saja, menurut saya, entah anda. Prinsip partai pemenang pemilu harus menjadi calon Presiden merupakan ganjalan pertimbangan di sisi lainnya, disamping harus juga mempertimbangkan suara akar rumput, loyalitas kader, pendukung serta simpatisan PDI-P  dan faktor lainnya, dimana termasuk elektabilitas salah satunya.

Sehingga tiba pada kesimpulan saya bila Megawati masih mempertimbangkan dan masih belum mengumumkan capres dan cawapres dalam pemilu 2024 hingga batas waktunya, dapat saya maklumi. Dan bila spekulasi ini benar, maka pasangan calon yang sedang dipertimbangkan megawati adalah Prabowo-Ganjar disamping mempertimbangkan pilihan lainnya sebagai partai pemenang pemilu serta masa depan Indonesia ke depan nanti.

Sekalipun, dalam saat menyampaikan pidato dalam acara HUT PDIP di JIExpo, Selasa, 10 Januari 2023 lalu Ia sempat menyinggung partai politik lain yang mendukung maupun mengusung kandidat luar partai. Mega menceritakan keheranannya kepada putrinya yang juga Ketua DPP PDIP Puan Maharani soal ini. "Gile enak aja, aku sampe lihatin... aku bilang ke Mbak Puan: lucu ya orang berpolitik sekarang. Jangan deh niruin, kok kaya gitu ya? gimana? Emang gak punya kader sendiri?" kata Mega. Seperti yang dilansir Tempo.co (10/01/2023).

Inilah dunia Politik apun bisa terjadi diluar perkiraan kita sebagai awam sekaligus ujian bagi seorang negarawan Megawati dalam melihat berbgai Faktor demi kelangsungan Bangsa ini lebih baik lagi, maju dan mejamin pesatuan dan kesatuan NKRI tetap terjaga dan semakin kokoh di masa mendatang.

Mari kita tunggu bersama, dan menghormati Demokrasi serta Konstitusi kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun