Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memperoleh Perlakuan (Hak) Istimewa Sosial, Tanpa Diskriminasi

17 Januari 2022   02:04 Diperbarui: 21 Januari 2022   13:30 3592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut para peneliti mengarah pada rasa berhak dan asumsi bahwa orang yang memiliki hak istimewa akan berhasil dalam kehidupan, serta melindungi orang yang memiliki hak istimewa dari kekhawatiran bahwa mereka mungkin menghadapi diskriminasi dari orang-orang yang memiliki posisi otoritas.

Banyak profesi sudah saya lalui, kedudukan dalam berbagai organisasi. Namun sekarang saya bertahan sebagai seorang konsultan juga seorang pekerja sosial. 

Berdasarkan pekerjaan yang saya lakoni bertahun-tahun. Namun, saya tidak berpikir tentang hak istimewa sosial tersebut sekalipun gak sekelas anak presiden, telah saya peroleh karena faktor keluarga pejabat, memiliki strata ekonomi maupun sosial yang berbeda, dan kasta yang dianggap lebih tinggi secara adad istiadat dan keturunan serta sebagian adalah penghargaan orang terhadap jasa keluarga besar saya. 

Namun itu sejatinya bukan milik saya, saya hanya kecipratan seperti halnya yang dialami oleh kedua putra presiden. Dan hal ini wajar saja. Kecuali hak tersebut diperoleh diluar cantolan tersebut, yaitu dari keberadaan kita sendiri.

Namun berbeda dalam memanfaatkan hak istimewa tersebut, jika mereka jelas, seluruh orang di Indonesia, bahkan minimal negara di asia mengenal siapa mereka. 

Sehingga sekalpun gak melakukan korupsi, hak istimewa sosial dalam berusaha dengan sendirinya menghampiri mereka dengan segala kemudahan. Dan ini gak bisa dipungkiri oleh semua anak dan keluarga pejabat dimanapun.

Jika hak istimewa sosial itu bukan berasal dari faktor bawaan yang disebutkan di atas bila berasal dari prestasi dan kepribadian serta pengabdian kepada banyak orang dengan tulus melayani. 

Mau dikatakan budaya, ya bisa juga. Karena toh bentuk penghormatan melalaui perlakuan istimewa yang tulus, dan mereka gak memiliki tujuan apapun. Maka saya yakin mereka gak mengharapkan imbalan apapun.

Masih terkait dengan hak istimewa sosial bawaan, ketika berhadapan dengan orang dengan penuh rasanya kepura-puraan, seolah-olah para penjilat sedang menanamkan sesuatu dibenak kita. 

Bahwa jangan melupakan mereka, ketika mereka suatu saat memerlukan pertolongan kita. Ini yang dapat kelihatan jelas namun pada umumnya hanya dapat melalui terkaan dari komunikasi yang terjalin. Tapi ada pula yang terang-terangan.

Sekalipun sulit melepaskan faktor hak istimewa sosial bawaan yang melekat pada diri saya. Saya tetap harus melalui semua proses hidup dengan tujuan hidup saya, tidak mencari keuntungan dan merugikan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun