Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apa Bedanya Guru Zaman Now dengan Guru Jadul?

26 November 2021   14:33 Diperbarui: 27 November 2021   14:50 2984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Coba kita pikir bersama, Kalo dulu udah ada undang-undang ini. Anak-anak dari orang tua yang berlebihan memanjakan merela, apalagi anaknya juga kelewatan manja, kolokan dan gak biasa gaul, bisa rame tuh guru-guru zaman dulu disomasi atau diadukan ke pihak berwajib.

Sekalipun ujung-jungnya mendapat sanksi administrasi dari sekolah, bukan pemecatan ya. Tapi tetap saja guru bisa dilaporkan ke polisi karena berperilaku yang menurut siswanya guru teresebut telah  mempermalukan  dirinya secara psikis.

Dan perlu anda tau aja guru bersangkutan setahu saya menjadi trauma sendiri, dia bahkan jika mengajar udah gak bisa ngatur kelasnya kalo lagi gaduh. Ini cerita benaran.

Ada saksinya cerita ini, hadir  dua kompasioner senior. Ketika kita melakukan sosialisasi.

Ya ampun, kumpulan anak-anak manja dan buadung. Padahal kita mau mengajari mereka dalam menggunakan gadget dengan benar. Pusingnya kita bertiga ditambah 4 atau 5 guru hanya untuk ngurusin kira-kira 20-30 anak. Ada yang tiduran, ngobrol sama teman, ribut sendiri.

Padahal kita sudah siap dengan materi yang akan menarik perhatian mereka. Misalnya game, film dari youtube, untuk mengajarkan mereka mana game yang gak baik dan video-video yang gak perlu untuk ditonton. Pokoknya materi kita, sudah diteliti dulu, agar gak menimbulkan multitafsir atau berdampak buruk lainnya.

Sekalpun materinya udah diusahakan semenarik mungkin. Emang ada sekelompok yang serius. Tapi sebagian kecil. Yang bergerombol. Boro-boro liat materi dan dengerin kita omong. Lagi asik sendiri dengan teman-temannya atau ada yang emang lagi asik sendiri juga dengan dirinya, entah menggambar atau bermain sesuatu (saya gak begitu perhatikan, semacam game).

Tapi heranya, mereka dengerin lho? Ini terjawab ketika sesi Tanya jawab. Begitulah anak-anak sekarang, jangan dipikir bermain tapi gak mendengarkan.

Tapi ya itu, kurang lebih 20-an anak deh, yang diurusin sama 7 orang dewasa. Termasuk gurunya. Dan tau gak? Gurunya hanya bisanya negur biasa aja. Kalo saya sih udah geram saja, tapi gak boleh dalam SOP kita.  Ternyata udah nular juga rupanya kasus guru diproses hukum, ke guru-guru lainnya.

Saya gak bayangin, kalo ngajar kelasnya gaduh kayak apa. Ini bukan sekolah khusus lho. Sekolah anak orang berada, dan segar juga kelihatan cerdas dalam pendidikan. Hanya saja karakternya emang perlu di asah lagi. Entah dengan metode apa. Saya gak tau, karena sudah pernah kasus terjadi di sekolah tersebut.

Nah terlepas dari semua, guru yang patut digugu dan ditiru kriterianya apa? Apakah gak boleh marah, sekalipun bahasanya halus tapi nadanya mungkin agak keras. Ya namanya juga orang marah, pasti nadanya agak lebih tinggi dari biasanya. Nah mereka ini bisa terjebak dengan cara didikannya. Apalagi yang selalu ditekankan adalah pendidikan karakter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun