Kali ini tulisannya pendek saja, gak bertele-tele. Biar dibaca tuntas, untuk menjadi perenungan bersama, khususnya pemerintahan Jokowi .
Saya menulis ini, lantaran tulisan saya terakhir. Saya sengaja melihat lagi apa saja tagar trending di twitter di dunia maupun di Indonesia. Ternyata tagar #PecatLuhut, bertengger sebagai trending topik Indonesia dalam dua hari ini, itu menurut sepengetahuan saya. Wong baru liat kemaren.
Kalo dibalik trending #PecatLuhut, paling gak saya ngikuti beberapa berita masalah di baliknya, salah  satu yang mencuat yaitu adanya tuduhan group perusahan luhut Terlibat Bisnis Tes PCR, dan katanya ada menteri lainnya terlibat juga dalam bisnis test PCR.
Benar atau salah, sekalipun telah melakukan klarifikasi persoalan ini oleh juru bicara atau nanti oleh pribadinya sendiri. Ujungnya ntar gimana, saya  gak terlalu ambil pusing, yang saya soroti sikap pribadi mereka. Lagian bukan saja Luhut saja secara perorangan maupun dalam kapasitas menteri/mengko, Pemerintah termasuk Jokowi juga di kritik habis-habisan, bahkan di maki-maki masyarakat soal penanganan covid-19 bukan? Bahkan Presiden sempat bereaksi keras dengan memarahi para menterinya dan melakukan reshuffle 22 Desember 2020.
Tapi terkait masalah penanganan covid-19 ini, saya kepengen menyajikan beberapa Negara yang menterinya atau perdana menterinya mengundurkan diri atau "dipecat".
Dari beberapa Negara berikut yang saya soroti adalah alasan mereka mengundurkan diri karena merasa "malu" Â dan gagal terhadap penanganan pandemic Covid-19 dan melakukan pelanggaran atas peraturan pembatasan sosial yang dibuat pemerintahnya sendiri.
INDIA
Pertama India dulu, tindakan ini mirip dengan reshuffle yang dilakukan oleh Jokowi pada 22 Desember 2020, ketika mengganti menteri kesehatan dan beberapa menteri yang terkait dengan penanganan pandemic Covid-19.
Pada Juli 2021, Perdana Menteri India Narendra Modi melakukan perombakan Kabinetnya dengan "memecat"  12 menterinya, termasuk menteri yang bertanggung jawab atas kesehatan dan pendidikan.
Bahkan salah satu berita dari https://www.dw.com (7/7/2021) memuat berita dengan judul India: 12 Ministers Resign In Wake Of COVID-19 Response.
Menteri kesehatan yang di pecat itu adalah Harsh Vardhan. Dia dipandang sebagai orang yang bertanggung jawab di dalam pemerintahan atas tanggap darurat bencana terhadap krisis virus corona.
Â
JEPANG
Bersumber dari pemberitaan times.com (3 September 2021), menyebutkan bahwa Yoshihide Suga mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri Jepang, di tengah meningkatnya kemarahan atas penanganan pemerintahnya terhadap COVID-19 setelah Olimpiade Tokyo. Diapun mengumumkan bahwa dia tidak akan mencalonkan diri kembali sebagai pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) pada akhir September.
Suga, 72, menjadi perdana menteri hanya satu tahun yang lalu setelah lama dijabat oleh Perdana Menteri Shinzo Abe yang mengundurkan diri karena masalah kesehatan. Dia mengatakan selama pertemuan partai, Â dia ingin fokus pada pandemi virus corona daripada melanjutkan sebagai kepala LDP.
"Komentar dan tindakan Suga yang tidak sungguh-sungguh dan ambigu dalam mengatasi pandemi setiap hari, telah membuat warga Jepang sangat frustrasi," kata Yoshikazu Kato , seorang peneliti di Rakuten Securities Economic Research Institute di Tokyo. "Masyarakat saat ini pada dasarnya tidak mempercayai pemerintah sama sekali." Lanjutnya
Kalau masalah mundur dari jabatan  lantaran "harga diri" dan merasa gagal atau "malu", Jepang mungkin satu-satunya negara yang perlu menjadi contoh.Â
Â
INGGRIS (Britania Raya)
Matt Hancock, Menteri Kesehatan dan Perawatan Sosial (Secretary of State for Health and Social Care Britania Raya), Â mengundurkan diri setelah dia melanggar pedoman jarak sosial dengan mencium seorang rekannya. Â Jabatan ini di duduki sejak, bulan Juli 2018.
Dari sumber, https://www.bbc.com, 27 Juni 2021, dengan tajuk "Matt Hancock quits as health secretary after breaking social distance guidance"
Dalam sebuah surat kepada PM, dia mengatakan "pemerintah berutang kepada orang-orang yang telah berkorban begitu banyak dalam pandemi ini untuk jujur ketika kita mengecewakan mereka".
Hancock berada di bawah tekanan yang terus meningkat untuk dipaksa berhenti, setelah Sun menerbitkan gambar dan kemudian video Hancock dan Gina Coladangelo, yang keduanya menikah dengan tiga anak, berciuman.
Coba hal simple seperti ini, sering terjadi di indonesia kan? Ada gak menteri atau minimal public figure  yang melanggar protokol kesehatan meminta maaf tanpa muter-muter dulu membela diri.
Â
PERU
Yang terbaru dating dari PERU, menteri Dalam Negeri Peru Luis Barranzuela Vitere mengundurkan diri menyusul laporan bahwa ia melanggar pembatasan virus corona.  Laporan ini mengklaim bahwa menteri mengadakan pesta Halloween, salah satu jenis pertemuan yang dilarang oleh pemerintah baru-baru ini, di rumahnya di ibukota Lima.
Hal ini dapat terkonfirmasi dari sumber aa.com.tr, (03/11/20212) yang memuat judul berita  "Peru's interior minister resigns after claims of violating COVID-19 rules"
Jika kita lihat latar belakang dari alasan pengunduran diri para menteri di atas, saya mengapresiasi mereka yang mundur karena merasa "malu" terhadap tindakan dan ketidak mampuan mereka selama penanaganan pandemic Covid-19.
Pertanyaannya, bagaimana dengan Indonesia? Apakah selama era reformasi ada menteri yang mengundurkan diri karena rasa malu dan ketidakmampuannya? Yang ada hanya satu menteri seingat saya yang mengundurkan diri karena ambisi politiknya untuk bertarung dalam ajang Pilkada.
Malah yang memalukan, beberapa menteri harus mundur dan dipecat lantaran terkait masalah korupsi.
Dalam pandangan saya, contoh seorang pejabat harus mencerminkan hal yang baik untuk rakyatnya. Bukan sebaliknya, apalagi maling uang rakyat.
Saya kepengen liat sifat ksatria pejabat di negeri ini!
Semoga menjadi perenungan dan penilaian bersama
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H