Menyinggung adanya sensasi seks,  hingga menganggapnya sebagai  kebutuhan secara berlebihan. Gak mudah mengendalikan pikiran orang, jika ia berhayal tentangnya hal tersebut. Gak bisa terhindarkan oleh siapapun. Bahkan anak di usia 3 tahun, sudah merasakan adanya sensasi di bagian kelaminnya.
Namun yang menjadi persoalan kapan kebutuhan tersebut disalurkan secara sehat, sah dan bagaimana penyalurannya? Apalagi di zaman dimana teknologi informasi dan informasi secara langsung mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan kita. Kalau ditanya wajar atau dosa, mungkin saya gak pantas menhakimi begitu saja. Lebih tepatnya anda  bisa menilai dan menanyakan sendiri kepada psikolog. atau rohaniawan.
Ini yang selalu juga kami ingatkan kepada para orang tua. Mereka mungkin merasa anaknya bertingkah "manis" dan baik-baik saja, dapat memantau perilaku anaknya melalui media sosial. Namun untuk kegiatan yang tertutup ini, melalui whatsapp, line, dan chat messenger apalagi ditambah lagi dengan melakukannya melalui pada phone sex yang mudah direkam lawan bicara? Ini lebih bahaya lagi.
Pada masalah ini, merujuk pada pengalaman, pelaporan dan konsultasi yang kami layani. Anak dan remaja perempuanlah adalah korban utama dari efek panjang setelah sexting dilakukan. Sehingga tulisan saya ini, lebih banyak ditujukan oleh para wanita dewasa, khususnya anak gadis.
Untuk kelompok usia berapa pun dapat saja melakukan sexting. Remaja dan dewasa muda (remaja) yang paham teknologi kemungkinan besar menggunakan metode hubungan seksual ini. Studi menunjukkan bahwa hampir 15% remaja telah mengirim sexting, dan sekitar 27% remaja telah menerimanya. Tiga dari empat orang dewasa muda telah berpartisipasi dalam sexting. (WebMD Medical Reference, 29 Juni 2021)
Apa Perbedaan Antara Sexting dan Cybersex?
Cybersex adalah segala jenis aktivitas seksual yang menggunakan internet. Sexting adalah salah satu jenis cybersex. Nanti kita diskusikan jenis lainnya, minimal melalui tulisan lain dilain waktu.
Bagaimana Sexting Terjadi dalam Sebuah Hubungan?
Ada banyak alasan untuk mencoba sexting dalam suatu hubungan. Ini adalah cara untuk tetap terhubung dengan pasangan anda bahkan ketika anda gak bersamanya secara fisik.
Beberapa ahli menyarankan bahwa alasan untuk mencoba sexting dalam suatu hubungan mungkin bergantung pada gaya keterikatan. Ada tiga gaya lampiran yang berbeda (WebMD Medical Reference, 2021)
- Orang yang terikat dengan perasaan aman, Â merasa mudah dan nyaman untuk dekat dengan orang lain. Mereka ngak terlalu khawatir tentang dampak atau efek panjang dari sexting ini, termasuk masalah psikologis.
- Orang yang terikat dengan kecemasan sering kali khawatir tentang penolakan dan mungkin memiliki keinginan untuk sepenuhnya menggabungkan hidup mereka dengan hidup orang lain.
- Orang yang suka menghindar dan merasa ngak nyaman berada dekat dengan orang lain dan sulit memercayai pasangan intim mereka sendiri.
Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan gaya keterikatan, penghindar atau cemas mungkin lebih mungkin untuk berpartisipasi dalam sexting. Orang yang terikat dengan kecemasan dapat menggunakan sexting sebagai cara untuk merasa dekat dengan pasangan saat mereka ngak ada. Orang-orang yang menghindar dapat menggunakan sexting untuk menerima kepuasan sambil menjaga jarak dengan pasangan seksual.