Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kapitan Jonker vs Sultan Hamid II, dalam Kelayakan Menyandang Gelar Pahlawan

29 September 2021   08:39 Diperbarui: 30 September 2021   03:32 3543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sultan Hamid II. Foto Instagram @historia_nusantara 

Oleh Karena itu saya menelusuri sebagian dari buku yang ketiga. Ya, mau gak mau, sapa suruh penasaran, dengan menggunakan metode yang sama, karena sumbernya menggunakan bahasa belanda kuno, hanya bagian tertentu yang saya coba menguji (buset dah), beberapa bagian sejarah Jonker yang ditulis Ibu Engelina tersebut, terutama yang menurut saya jarang dan mungkin belum terungkap secara luas di kalangan umum. Dan merupakan pengetahuan baru. 

Tentu saja, saya juga memperbandingkan sedikit tulisan Ibu Engelina dengan beberapa refrensi yang lebih baru yang digunakan sebagai sumber rujukan pembanding yang ditulis oleh para sejahrawan, akademisi, peneliti, budayawan pengarang buku atau penulis lainnya.

Dalam hal ini, bukannya saya ngak berkeinginan mencari sumber primer dari sejarah Sultan Hamid II, namun sudah cukup banyak penulisan sejarah yang penuh dengan kontroversi, bahkan dikalangan sejahrawan sendiri.  Ditambah dengan (maaf) ditolak dirinya menjadi Pahlawan Nasional. Maka saya ingin melihat apakah keinginan yang sama untuk mengajukan Kapitan Jonker menjadi pahlawan nasional akan berujung sama, seperti halnya Sultan Hamid II. Ditolak oleh Kementrian Sosial?

Saya berusaha highlight saja mungkin bagian-bagian tertentu agar sesuai dengan judul tulisan ini.

Kisah awal Kapitan Jonker, di buku "Kapitein Jonker 1630?-1689" karya Mr. J.A. van der Chijs. mengungkapkan

Jonker was afkomstig van de negorij Toemalehoe op Manipa , een eilandje tusschen Boeroe en Kelang ten N. W. van Ambon gelegen. Zijne familie behoorde tot de aanzienlijken in die negorij en zijn vader , Kawasa (kracht, magt) geheeten , wordt door Valentijn meen bijzonder regeerzugtig man " genoemd . Deze wist zich in 1638 zoozeer in de gunst van den toen maals tijdelijk op Manipa vertoevenden Saltan van Ternate te dringen , dat hij tot Sengadji  werd verheven en voor zijn geslacht den naam Xallehoewa" verwierf Kawasa was echter door zijne geboorte niet de persoon , die als Sengadji in Toemalehoe het bestuur moest voeren, vermits dat bestuur toekwam aan een lid der familie Wellehoelan Derhalve , om aan deze familie " geen scheele oogen te geven ' verleende de Sultan te gelijker tijd den titel Sengadji aan een Orang-kaja uit laatstgenoemd geslacht. 

Jika diterjmahkan bebas dengan penyesuaian (karena bahasa belanda kuno), kira-kira dapat diartikan bahwa,

Jonker berasal dari negeri Toemalehoe di Manipa, sebuah pulau antara Boeroe dan Kelang N.W. di Ambon. Keluarganya termasuk yang terkemuka di negerinya itu. dan ayahnya, yang disebut Kawasa (kekuatan, kekuatan), disebut oleh Valentine sebagai pria yang sangat kejam. Pada tahun 1638 pria ini memutuskan dirinya mendukung Sultan van Ternate pada saat itu yang kadang-kadang tinggal sementara di Manipa dan bersikeras bahwa dia diangkat dengan gelar/nama Sengadji  dan untuk mendapatkan nama "Xallehoewa" untuk keluarganya.  

Namun, sejak lahir Kawasa bukanlah orang dengan gelar Sengadji harus menjalankan dewan di Toemalehoe, karena administrasi itu milik anggota keluarga Wellehoelan. Karena itu, agar tidak memberi keluarga ini "Squint Eyes". Pada saat yang sama, Sultan menganugerahkan gelar Sengadji pada orang kaya dari generasi pada saat itu. Tapi Kawasa secara bertahap dikenal rekannya dalam pengakuan untuk menyatakan bahwa dia mengambil semua kekuasaan atas Tumalehu. Sengadji utama di Manipa , -- karena hampir setiap negeri memiliki satu atau dua kepala dengan gelar itu, Sengadji Tuban, Negorij, yang berada di pantai selatan dari Manipa ke arah timur di Toemalehoe.

Lebih lanjut oleh Ibu Engelina dalam tulisannya menjelaskan sejarah singkat awal Kapitan Jonker, ia  lahir di Pulau Manipa namun ngak jelas kapan tanggal atau tahun kelahirannya. Manipa tepatnya berada di Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku saat ini.  Ayahnya, Sangaji Kawasa merupakan orang terkemuka di Negeri Tumalehu, Pulau Manipa. Kapitan Jonker terlahir dan meninggal sebagai Muslim, memiliki dua orang anak, Pattij Lima Simar dan  Seicon atau Sjakon. Dia meninggal pada tahun 1689.

Menurut  Ibu Engelina. Pada Maret 1656, Gubernur Vlaming dan rombongan mengunjungi Pulau Manipa, yang juga diikuti Sangaji Kawasa dan Jonker. Ketika kembali dari Manipa di akhir Maret, Gubernur Vlaming membawa 30 anak muda dari Manipa yang dijadikan satu Kompi dibawa pimpinan Kapitan Raja Tahalile. Ekspedisi pertama mengarah ke Amarasi, Pulau Timor, karena perebutan pengaruh dengan Portugis atas Kupang (Benteng Concordia) dan Pulau Solor (Benteng Henricus). Di sini jelas bahwa Jonker dan kawan-kawannya di recruit oleh VOC yang dalam pemikiran saya sebagai Tentara Bayaran, yang memang terbukti keberanian dan kesaktiannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun