Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kapitan Jonker vs Sultan Hamid II, dalam Kelayakan Menyandang Gelar Pahlawan

29 September 2021   08:39 Diperbarui: 30 September 2021   03:32 3543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sultan Hamid II. Foto Instagram @historia_nusantara 

Ilustrasi perlawanan Banten terhadapVOC (kemdikbud.go.id)
Ilustrasi perlawanan Banten terhadapVOC (kemdikbud.go.id)

Kapitan Jonker (Jongker)

Kenapa pada judul saya menyinggung namanya? Karena masih hangat ketika mengikuti Webinar Festival Kapitan Jongker pada tanggal 27 September 2021 beberapa hari yang lalu. Dengan mengusung tema "Romansa Patriotisme Masa Lalu, Memperkuat Nasionalisme Masa Kini". Dimana dalam pemaparan pemerintah daerah maupun nara sumber, serta harapan masyarakat Manipa di Maluku ada kesan dan dorongan untuk mengajukan Kapitan Jongker menjadi Pahlawan Nasional.

Ditambah lagi, sehari sebelum webinar. Lagi-Lagi, oleh seorang politikus, ekonom, peneliti dan tokoh masyarakat Maluku. Ibu, Dipl.-Oek. Engelina Pattiasina,  yang dimuat dibeberapa situs online, dengan judul "Kapitan Jonker, Dari Perang Ke Perang".

Nah, sebenarnya dua hal ini yang mungkin menginspirasi, lebaynya mungkin yang mendorong jari saya untuk menulis tanpa ada maksud sedikitpun untuk membenturkan kepribadian atau kesukuan kedua tokoh legendaris ini.

Melalui permasalahan Perjuangan Sultan Hamid II yang gagal menyandang Pahlawan Nasional, saya mencoba menganalisa akankah sang Kapitan jagoan dalam berperang membantu VOC ini akan bernasip sama? Sebab lagi-lagi menurut saya, sekalipun mereka hidup pada kondisi zaman yang berbeda, masih ada irisan sejarah diantara kedua tokoh ini.  Berbeda dengan Sultan, untuk sososok Kapitan Jonker, apakah ada yang berani menyebutkannya penghianat seperti halanya yang dituduhkan kepada Sultan Hamid ke II?

Saya rasa ngak akan bernani. Atau ada? Kalo ada, menghianat kepada siapa? Bangsa Indonesia  yang belum terdengar namanya?  Tapi kalopun ada harus berpikir dua  kali, bahkan tujuh keliling untuk berpikir sampai di situ. Karena jelas, pada saat itu ngak terdengar di telinga Jonker bahwa adanya istilah Nusantara apalagi bangsa dan negara Indonesia.  Jika Jonker dan keluarganya melindungi negerinya dari para penjajah adalah hal wajar. Bahkan mungkin arti penjajahpun bisa ia artikan berbeda, jika mereka menyengsarakan tanah leluhurnya, yaitu Pulau Manipa, mungkin ia akan menentang mereka sebagai penjajah. Tapi daerah lain yang perlu dia lindungi pasti diluar sepengetahuannya? Tidak akan terlintas sebagai saudara sebangsa setanah air. Tanah air yang mana?  

Sehingga ngak terbantahkan fakta sejarah bahwa ia dan rombongan saktinya membantu VOC dalam menaklukan kerajaan-kerajaan yan otonom dan merdeka di "Nusantara" pada sat itu adalah benar, lagian apa hubungannya sampai kalo ada yang menyebutnya penghianat. Sekalipun terdapat romansa cerita rakyat di Betawi dan Banten mengenai sosok Kapitan yang sakti mandraguna, dan di akhir hidupnya ia berbalik melawan VOC.  Jejak sepak terjangnya membantu VOC tidak perlu dipelintir dengan karangan seolah-olah dipaksa VOC dan membantai saudaranya di nusantara. Emang dia tahu, itu saudaranya? Dasarnya apa?    

Untuk menganalisa dan membandingkan sejarah Kapitan Jonker ini,  saya peroleh dari tulisan yang disajikan Ibu Engelina, cukup runut dan detil terkait perjalanan sejaharah Kapitan Jonker dari perang ke perang bersama VOC  yang kita ketahui selama ini. Lagi-lagi kondisi ini, memaksa saya untuk mencari sumber primer dan tertua yang dapat dipakainya sebagai sebagai salah satu sumber refrensi.

Sebenarnya saya menemukan tiga refrensi utama tentang Kapitan Jonker yang disebutkan juga dalam tulisan Ibu Engelina. Namun rasanya, saya cuku[ menggunkan salah satu sumber primer dan asli, bukan catatan sejarah kemaren sore, justeru dapat dibilang cukup tua.

Adapun ketiga judul buku tersebut masing-masing adalah ud en Nieuwe Oost-Indie karya Francois Valentijn terbit tahun 1726, Geschiedenis der Nederlanders op Java of in den Nederlandsch Oost-Indischen Archipel  karya J. Rijnenberg, terbit tahun 1867 dan yang terakhir berjudul "Kapitein Jonker 1630?-1689" karya Mr. J.A. van der Chijs Terbitan Tahun 1850. Capek kan?  Kayak gak ada kerjaan kalo ngebaca eh.. menerjemahkan beberapa bagian maksudnya dari buku-buku tersebut. Ya, bagian penting sajalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun