Chat messenger memang terlihat sepeleh, apalagi rata-rata aplikasi ini secara default menyimpan jejak percakapan. Sebut saja Yahoo Messenger, ada pengguna yang sehari-hari hanya mengaksesnya lewat smartphone, nggak menyadari bahwa semua jejak percakapanya tersimpan di akun emailnya. Karena merasa aman, suatu ketika emailnya dipinjam oleh pasangannya, seluruh history percakapannya dengan banyak "pria" terbongkar.
Lebih gawat lagi, kalau jejak pembicaraan mengandung 'sexting', dimana berisi pembicaraan yang berbau dewasa (phonesex dalam pemahaman text), bisa dibayangkan kalau suatu saat  email atau akun Facebook dibajak seseorang atau penggunanya teledor di dalam menjaga passwordnya.
Ahh.. saya selalu hapus kok! Ok, apa dengan begitu sudah aman? Bagaimana dengan lawan bicaranya? Ohh dia juga udah hapus kok! Semoga saja demikian, karena nggak mudah membuktikannya. Bahkan setelah dihapus saja, hasil rekaman dapat direstore kembali oleh mereka yang memang niat untuk itu.
Dari contoh-contoh di atas, sebenarnya berpulang juga pada pribadi masing-masing. Karena sepenuhnya menjadi hak anda, apalagi anda adalah  orang dewasa.
Ini hanya merupakan pengingat saja, apalagi bagi orang tua yang ingin menjelaskannya kepada anak-anak mereka yang juga memanfaatkan teknologi yang sama.
Berkali-kali saya memang mengingatkan kepada orang tua, bahwa ada indikasi dimana banyak remaja putri yang terjebak dalam beberapa kasus "perekaman" di atas, mereka dalam posisi terancam oleh para pelaku yang mungkin juga adalah teman sekolah mereka. Sehingga di bawah tekanan dan ancaman, mereka terpaksa melakukan berbagai hal yang sepatutnya nggak mereka lakukan.
Semoga bermanfaat
![](https://assets.kompasiana.com/statics/crawl/5562c34f0423bd07128b4568.jpeg?t=o&v=555)