Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tantangan Media Tradisional Terhadap 'Omnivora' Media Online

25 Maret 2012   06:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:31 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_178134" align="aligncenter" width="520" caption="Ilustrasii (4.bp.blogspot.com)"][/caption]

Perkembangan teknologi tentu saja telah dirasakan oleh semua orang dewasa ini khususnya untuk kebutuhan berita dan informasi.

Ketika koran  cetak dianggap sesuatu yang penting, perkembangan teknologi memasuki era baru yaitu berita radio dan kemudian disusul oleh TV.  Ketika itu semua mata dan telinga tertuju pada perkembangan baru ini. Sehingga tentu saja, media cetak conventional mendapat tantangan dan saingan tersendiri.

Satu persatu koran cetak  dan majalah mulai 'tumbang' tetapi ada pula yang masih bertahan, namun mereka harus menerima kenyataan menghadapi terobosan baru media cetak baru yang lebih khusus ditujukan pada pangsa pasar tertentu. Katakanlah fashion, infotainment, tabloid atau koran olah raga, majalah remaja dan berbagai jenis majalah dewasa lainnya.

Dalam perkembangannya media cetak conventional akhirnya harus menghadapi tantangan baru ketika internet ditemukan dan mulai dimanfaatkan oleh banyak orang.  Bukan hanya itu, Radio dan TV berlomba-lomba untuk menyesuaikan diri agar tetap menjadi perhatian.

Ya, mereka semua terpaksa harus menyesuaikan diri dengan memanfaatkan media internet apalagi ketika media sosial seperti myspace, Facebook atau Google+ mulai digandrungi pengguna internet dewasa ini. Semuanya harus membenahi diri.

Gambaran di atas, bisa saya katakan sebagai sebuah "Ominivora" media online terhadap media conventional atau tradisional  lainnya termasuk buku.

Ominivora berasal dari bahasa Latin  omne yang berarti semuanya atau segalanya dan vorare yang berarti melahap atau memakan. Sehingga Omnivora dapat diartikan "memakan/pemakan segalanya".

Inilah fenomena ketika media online dalam bentuk media digital cenderung akan melahap semua apa yang selama ini kita manfaatkan secara conventional.

Seperti yang ditulis oleh stateofthemedia setahun yang lalu, Industri berita seolah-olah  terlambat untuk beradaptasi dengan budaya atau kebiasaan teknik penyajian konten. Pada 2012 ternyata fenomena tersebut telah tumbuh.

Semua ini menimbulkan pertanyaan apakah para raksasa teknologi akan 'melahap' segala bentuk jenis media berita yang sebagaian besar masih  mewarisi tradisi mencari konsumen melalui mitranya secara conventional.  Apakah akan datang suatu titik dimana kelangsungan hidup perusahaan media akan jauh lebih kecil, misalnya ketika Facebook dianggap telah membeli mitra warisan media seperti The Washington Post?

Sekarang ini, sudah ada tanda-tanda hubungan keuangan yang lebih erat antara raksasa teknologi dan industri berita. Katakanlah rencana YouTube untuk menjadi produsen konten televisi, melalui dana kerjasama dengan Reuters berencana menayangkan berita asli.

Yahoo baru-baru ini menandatangani kerjasama konten dengan ABC News sebagai penyedia video berita secara online. AOL, tidak mau kalah, untuk mempertahankan eksistensinya mereka untuk menghasilkan konten aslinya sendiri dan kemudian membeli The Huffington Post.

Dengan peluncuran  "Social Reader", Facebook telah mendapatkan kemitraan baru dengan The Washington Post, The Wall Street Journal, The Guardian dan lainnya. Pada Maret 2012 pendiri  Facebook, Chris Hughes, membeli majalah berusia 98 tahun "New Republic".

Melihat ketergantungan pada raksasa teknologi yang ada, sebenarnya media tradisional mulai membenahi diri sejak lama dengan membuat sendiri situs-situs berita untuk menjaring pelanggan atau konsumen dan mempertahankan serta menaikan pendapatan iklan.  Katakan saja, pada tahun 2011, operasi berita tradisional juga mengambil langkah baru untuk menggunakan Web mereka sendiri. The Associated Press meluncurkan kemitraan dengan lebih dari dua lusin perusahaan berita berlisensi konten berita dan mengumpulkan royalti dari agregator.

Di Amerika Serikat, menurut stateofthemedia, sekitar sepersepuluh dari koran harian AS yang masih 'hidup' terus merencanakan untuk menerbitkan fasilitas baru yang lebih baik untuk pelanggan digital berita berbayar.

Banyak perusahaan  berita sedang menciptakan jaringan penjualan iklan digital mereka secara mandiri, memotong pihak ketiga dan pindah ke jenis pemasaran digital dan konsultasi. Bahkan beberapa organisasi seperti The Financial Times dan The Boston Globe telah memilih keluar dari dunia "app" yang dikendalikan oleh Apple dan Google dengan membuat halaman mobile menggunakan HTML 5.

Semua perusahaan media telah berbenah, menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dewasa ini, khususnya memanfaatkan media online. Di sinilah kita akan melihat bagaimana mereka menawarkan layanan untuk mempertahankan para pelanggannya. Dan perlu anda ketahui bahwa media jurnalisme warga adalah merupakan salah satu terobosan tersendiri dari perusahaan media itu sendiri.

13326565712102373395
13326565712102373395
free analytics for godaddy
free analytics for godaddy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun