Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tidak Harus Narkoba, 'Traffic Psychological' Banyak Menyebabkan Kecelakaan Lalu Lintas

28 Januari 2012   15:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:21 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana dengan di Jakarta yang begitu padat dengan bemacam-macam jenis kendaran serta langganan macet dimana-mana ? Bagi pengemudi yang tidak biasa dengan kondisi seperti ini, secara langsung akan mempengaruhi kondisi psikologi mereka.  Kadang ada yang mengakui, mengalami stress karena masalah kemacetan Jakarta. Namun bagi mereka yang sudah terbiasa, hal ini mungkin sudah merupakan hal biasa, sehingga kondisi psikologisnya jauh lebih baik dari pada pendatang baru di ibu kota negara ini.

Melihat contoh di Jakarta, kita mungkin dapat menarik kesimpulan bahwa kondisi lalu lintaslah lebih banyak mempengaruhi psikologis seseorang. Namun ketika melihat kondisi lalu lintas di Yogyakarta, kita akan lebih banyak melihat faktor psikologis pengendaralah yang memperparah kondisi lalu lintas yang kemudian memiliki efek domino terhadap kondisi psikologis pengendara yang lain.

***

Tanpa menutup mata terhadap jumlah kendaraan, infrastruktur, dan pengamanan jalan raya sebagai faktor-faktor lain yang mempengaruhi masalah lalu lintas. Saya akan lebih menyoroti pada perilaku para pengemudi itu sendiri dalam artian lebih berbicara masalah psikologi lalu lintas dengan batasan pengertian di awal.

Sebagai contoh nyata saja, saya akan menyoroti kekasih saya sendiri, daripada mengambil contoh kasus yang tidak nyata. Dia memiliki kebiasaan mengemudi yang menurut penilaian saya, agak 'ugal-ugalan'. Bukan saja itu, kesiapan psikologisnya juga kadang labil, dengan emosi yang sering meluap-luap ketika berkendaraan. Belum lagi kebiasaanya menerima telepon bahkan membaca/mengirim SMS selama nyetir.

Saya sendiri yang kadang juga bisa "ugal-ugalan', dibuatnya menjadi tidak percaya diri, ketiga bersama-sama menelusuri jalanan di Jakarta. Tidak pandang waktu, siang atau malam., selagi mendapat peluang untuk melalui kendaraan lain (nyalip) walau lebarnya hanya 'seukuran mobil'  dengan tantangan yang datang berlawanan dari depan.  Christie akan tetap memacu mobilnya dengan kecepatan yang menurut hitungannya wajar (bukan ukuran saya). Nah, apalagi dalam keadaan jalanan yang sepi, mobil akan dipacu dalam kecepetan tinggi, serasa mau terbang saja.

Terkait kondisi emosi, sering kali saya mendengarkan geraman, bahkan umpatan ringan yang keluar dari mulutnya ketika ingin menegur dan memarahi pengguna jalan yang lain. Heran saya, ngapain juga ngabisin energi untuk hal beginian. Apalagi belum tentu mereka yang dimarahi mendengar dan ketakutan dengan geramannya.

Contoh kasus Christie seperi ini,  bagi saya  adalah merupakan maslaah psikologis berlalu-lintas yang perlu ditangani secara serius. Walau sepintas terlihat seperi "jagoan meong', bukan berarti hal ini harus dibanggakan, dipuja-puji dan ditertawakan. Justeru harus ditegur, biar perlu ditangani secara serius oleh psikiater (saya serius nih). Dan apalabila belum juga mengalami perubahan, ijin mengemudinya harus dicabut karena dapat membahayakan pengguna jalan yang lain.

Kalau hal ini saya katakan kepadanya, dia mungkin akan berkata berbeda. Bahwa apa yang dilakukannya adalah biasa saja dan wajar-wajar saja. Saya bisa-bisa dikatakan lebay atau berlebihan.

Disinilah persoalannya, ketika pengemudi seperti Christie ini tidak merasa berbuat salah dan selalu merasa benar telah memahami disiplin berkendaraan yang baik. Padahal, menurut ukuran dan penilaian saya, cara berkendaraan yang ditunjukanya sudah membahayakan dirinya sendiri apalagi orang lain.

Saya tidak tahu berapa banyak orang seperti Christie, memiliki psikilogis berlalu lintas yang mengkhwatirkan. Jangankan mengkonsumsi narkoba, secara sadar saja mereka sudah dapat membahayakan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun