Berapa angka kecelakaan di Indonesia ? Pada tahun 2010, beberapa media pernah melaporkan bahwa di Indonesia kecelakaan lalu lintas menjadi pembunuh nomor dua  setelah penyakit TBC. Setiap tahun rata-rata 28.000 nyawa melayang di jalan raya.
Pada tahun 2004, WHO menyebutkan, terdapat tiga faktor utama peyebab terjadinya kecelakaan, pertama adalah faktor manusia, kedua adalah faktor kendaraan, dan yang ketiga adalah faktor jalan. Dari ketiga faktor ini, faktor Manusialah yang merupakan faktor dominan penyebab kecelakaan. Ditandai dengan kesengajaan, kelalaian dan ketidaktahuan manusia terhadap aturan lalu lintas yang berlaku di jalan.
Berbicara faktor manusia seperti di atas, dapat digambarkan sebagai masalah psikologis pengemudi atau pengguna jalan, Â dan dalam masalah yang lebih luas kadang dibahas juga sebagai 'Traffic Psychological' atau psikologis berlalu-lintas.
Menurut Wikipedia, psikologi lalu lintas terutama berkaitan dengan studi tentang perilaku pengguna jalan dan proses psikologis yang mendasari prilaku mereka, serta mempelajari hubungan antara perilaku mereka dengan masalah kecelakaan. Psikologis lalu lintas juga dikenal sebagai psikologi transportasi atau kadang juga disebut sebagai psikologi mobilitas.
Sebenarnya belum ada kerangka teoritis yang baku dalam psikologi lalu lintas, namun dalam beberapa model penilitian menjelaskan dan meneliti beberapa hal yang terkait langsung dengan perilaku berlalu lintas seperti persepsi, perhatian (kosentrasi), kognitif, masalah sosial, motivasi dan emosional sebagai penentu perilaku berlalu lintas.
Terlepas dari konsep dasar dari teori psikologi lalu lintas, apabila kita berbicara masalah mengemudi kendaraan atau pengguna jalan, kita juga akan menyinggung masalah perilaku dan psikologis seseorang. Bagaimana tidak, banyak sekali kecelakaan yang terjadi dewasa ini bukan saja disebabkan karena faktor teknis, kesehatan fisik, penyalahgunaan narkoba namun juga akan bersinggungan dengan masalah psikologis seseorang.
***
Mungkin banyak contoh kasus yang dapat ditunjukan bahwa keadaan psikologis seseorang dapat mempengaruhi cara atau perlilakunya mengemudi namun jangan dilupakan bahwa kondisi lalu lintas sebaliknya dapat juga mempengaruhi dan membentuk psikologis seseorang.
Sebut saja di Yogyakarta, anda mungkin sering melihat banyaknya kendaraan beroda dua yang digunakan masyarakat dan mahasiswa. Pada saat anda mengendarai mobil di sana, anda mungkin akan merasa berbeda dengan daerah asal anda. Kondisi psikologis anda harus dalam keadaan baik, paling tidak dapat mengatur emosi anda ketika melihat banyak motor yang meghalangi laju mobil yang ada kemudikan. Merekan mungkin akan memenuhi seluruh ruas jalan yang ingin anda lewati, untuk menghindari atau melewati, Â anda harus membunyikan klakson mobil sebagai tanda 'meminta permisi'.
Kata teman saya, ternyata berkendaraan di Yogyakarta lebih sulit dibandingkan kota besar di Indonesia. Masak sih ? Bagi saya mungkin yang telah terbiasa, akan menggap hal ini biasa-biasa saja. Namun bagi mereka yang belum terbiasa, kondisi lalu lintas berikut perilaku pengguna jalan memancing emosi bahkan menyebabkan 'stress' ringan. Kalo saja hal ini tidak bisa ditanggunglangi, maka dapat menjadi berbahaya.