Mohon tunggu...
Valentina tambun
Valentina tambun Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Universitas Mercu Buana

Nama Dosen: Apollo, Prof. Dr,M.Si.Ak Nama: Valentina Tambun Nim: 42321010001 Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pendapat Saya tentang Korupsi di Indonesia

10 Desember 2022   21:20 Diperbarui: 10 Desember 2022   21:59 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.canva.com/design/DAFUXiwI3hQ/GVBNAmlboj137S9Vvrs4NQ/view?

Kalau dengan melihat optimis. Kenapa saya mengatakan optimis  karena kalau kita lihat ya walaupun memang beberapa lembaga eksekutif legislatif yudikatif. Yang tengah dilanda banyaknya kasus korupsi sekarang kita katakan semuanya itu tapi masih ada harapan seperti yang saat ini dilakukan sampai dia mengungkap penangkapan seorang ketua lembaga konstitusi mahkamah konstitusi yang selama ini dia kan satu lembaga yang sangat baik. Di negara ini kita harus berpikir positif untuk melihat pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh KPK.

Korupsi di Indonesia

Menurut saya hal seperti itu terlarang maksudnya yaitu menggelapkan uang yang merugikan orang banyak dan kejahatan untuk memperkaya diri sendiri. Seseorang yang menyalah gunakan wewenangnya untuk diri sendiri dan merugikan suatu instansi.  Orang yang menyalah gunakan kewenangan dan untuk mementingkan diri sendiri. Saya harap pemerintah itu tegas, korupsi harus dilarang tidak boleh dicurangi dan menunjukkan kepada rakyat yang dimana perbuatan mereka itu menimbulkan kerugian yang besar. Tindakan korups sama seperti mencuri, sangat tidak baik dan berdampak buruk bagi rakyat. Profesi bukanlah media pencapai kekayaan dengan segala cara, tapi seberapa kita bisa bertahan dan memajukan Negeri. Kami percaya pemimpin tidak hanya memberikan contoh untuk pemberantasan korupsi tetapi memberikan contoh bahwa dirinya bukan koruptor.  

Tugas mahasiswa adalah negosiasi kita tidak perlu mengangkat senjata seperti zaman dahulu cukup dengan jangan korupsi itu sudah cukup. Dengan korupsi bukanlah bagian dari kebudayaan yang harusnya jangan pernah biarkan dirimu masuk dalam bagian ataupun kebiasaan korupsi. Melawan koruptor dengan sadar melakukan perbuatan kotor untuk kepentingan pribadi dan acuh akan konsekuensi, padahal walau tidak sekarang konsekuensi itu mungkin saja datang nanti. Pejabat Negara seakan tidak peduli citra pemerintah yang seharusnya dipercayai oleh rakyatnya.

Korupsi selalu punya cara untuk mematahkan hati kita. Jujur saya terkejut mendengar KPK menangkap pejabat publik dengan reputasi baik. Nurdin Abdullah gubernur Sulawesi Selatan karena dugaan suap proyek infrastruktur. Nurdin Abdullah terkenal karena inovasi bertangan dingin, melakukan perubahan dan ia sempat diganjar Bung Hatta anti-corruption. Award yang dianggap berintegritas pun sedih akhirnya terhisap pusaran korupsi juga. Memperpanjang deretan bukti betapa ekosistem politik Indonesia mudah menyerongkan pejabat ke perilaku korup seperti Lembah Hitam yang bisa saja menghisap jiwa-jiwa paling bersih.

Belum lama kita diguncang kasus korupsi yang menjerat Menteri Sosial juliari batubara memang melelahkan mengungkit kasus Bansos. Ini terbukti tapi sedikit lengah saja kasus ini sudah ngelantur tak jelas juntrungannya. Contohnya nama-nama politikus yang muncul saat pengusutan KPK malah hilang dari dakwaan padahal korupsi Bansos sempat mencuri perhatian besar-besaran bahkan membuat wacana soal hukuman mati bagi koruptor mengemuka kembali dukungan.

Sebagian orang berpendapat terhadap hukuman mati adalah frustasi dan pegal hati karena merasa hukuman yang ada tidak lagi memadai untuk membuat para koruptor itu mikir berkali-kali sebelum menggarong kekayaan Negeri. Edhy Prabowo menteri kelautan yang menjadi tersangka kasus suap perizinan ekspor benih lobster juga sempat berikrar "Jangankan dihukum mati, lebih dari itu pun saya siap" begitu katanya seakan gagal dan bernyali. Padahal kita sama-sama tahu. Memangnya apa yang lebih dari hukuman mati?

Kembali lagi ke pola pikir Optimis. Dimana keinginan kita harus optimis walaupun praktek korupsi pada saat ini sudah sampai menjamur. Tetapi saya berharap bahwa masih ada orang-orang Indonesia yang punya semangat atau punya keinginan untuk bisa membuat Indonesia bebas dari korupsi. Apalagi kemarin KPK baru saja menangkap ketua MK lalu sejak adanya itu mulai terbongkar. Kuncinya sebagai siswa kita harus optimis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun