The Conversation Indonesia dapat disebut sebagai media baru karena tersedia secara digital di internet, on-demand, dan real time.
Apa yang dimaksud dengan media baru?
Media baru atau new media merupakan media yang telah terintegrasi dengan beragam media lain. Integrasi ini dapat direalisasikan berkat teknologi internet. Konten-konten yang ada pada media baru dapat diakses secara real time melalui berbagai perangkat.
Internet menjadi faktor yang sangat penting bagi media baru. Sebuah media sulit disebut sebagai media baru jika tidak terhubung dengan internet. Tidak hanya terhubung dengan internet, media baru juga harus memunculkan proses generatif digital dan proses interaktif (Widodo, 2020).
Mari berkenalan dengan The Conversation Indonesia
The Conversation adalah sebuah media online yang memuat berita, analisis, dan opini. Ada satu hal yang menjadi pembeda antara The Conversation dengan media lain, yaitu tulisan mereka berasal dari akademisi dan peneliti. Nama penulis dan asal institusi selalu dimunculkan pada setiap berita, artikel, serta opini.
The Conversation menghadirkan konten yang independen. Salah satu tujuan dari The Conversation, yaitu turut menyumbangkan pengetahuan untuk meningkatkan kualitas masyarakat dalam memahami isu-isu sosial. Â
The Conversation dibentuk pertama kali di Melbourne. Mereka kemudian membentuk jaringan di berbagai negara, salah satunya Indonesia. Â
The Conversation Indonesia berdiri pada tahun 2017 dan memiliki sumber pendanaan dari Open Society Foundation. Tentunya, para akademisi dan peneliti Indonesia turut berkontribusi sebagai penulis pada situs The Conversation Indonesia.
The Conversation Indonesia dan hubungannya dengan media baru
The Conversation Indonesia dapat diakses secara online melalui laman www.theconversation.com/id. Namun, apakah The Conversation Indonesia dapat dikatakan sebagai media baru hanya karena dapat diakses secara online?
Martin Lister (Widodo, 2020) memiliki 6 kriteria atau karakteristik untuk mengidentifikasi media baru, yaitu:
1. Digital
Seperti yang sudah disampaikan di awal, media baru telah terintegrasi dan terhubung dengan berbagai media lain. Integrasi dan interkonektivitas hanya dapat terjadi pada berbagai hal yang telah terdigitalisasi. Hal-hal yang masih bersifat analog (harus ada bentuk fisik) tidak memungkinkan untuk saling terhubung di saat yang bersamaan.
Bayangkan jika kalian harus membaca berita sambil mendengarkan lagu. Pada teknologi yang sifatnya masih analog, kalian setidaknya membutuhkan 2 perangkat untuk melakukan hal tersebut. Kalian harus membaca koran dan memutar lagu lewat kaset.
Digitalisasi memunculkan sebuah proses baru, yaitu penyimpanan berbagai informasi dalam sebuah micro memory. Penyimpanan tersebut juga membawa sebuah keuntungan, yaitu cepatnya akses informasi yang dapat diperoleh. Digitalisasi memungkinkan kita untuk mengakses berbagai hal dalam satu perangkat.
Hal ini dapat kita temukan pada The Conversation Indonesia. Berbagai berita, artikel, dan opini ditampilkan dan disimpan dalam situsnya. Sehingga, kita dapat mengakses berbagai artikel sesuai dengan permintaan kita (on-demand).Â
The Conversation Indonesia juga dapat diakses dengan internet melalui berbagai perangkat digital.
2. Interactivity
Masih ingat dengan teori jarum hipodermik? Teori tersebut menyatakan bahwa masyarakat adalah khalayak yang pasif. Mereka mudah dipengaruhi dan selalu sejalan dengan apapun yang disampaikan media.
Teori tersebut sudah tidak relevan lagi dengan media dan khalayak di tahun 2020. Media baru yang terus bermunculan justru semakin interaktif. Komunikasi antara media dan khalayak tidak lagi satu arah, tetapi dua arah.
Interaktivitas ini juga dihadirkan oleh The Conversation Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya kolom komentar di setiap tulisan yang ada di situs The Conversation Indonesia. Selain itu, mereka juga mengunggah tautan dari setiap artikel ke Twitter. Masyarakat yang menggunakan Twitter dapat memberi tanda like, melakukan retweet, dan meninggalkan komentar.
The Conversation Indonesia juga mengundang para akademisi dan peneliti di Indonesia untuk menjadi penulis. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa The Conversation Indonesia ingin memunculkan budaya partisipatif dari masyarakat.
3. Hypertextual
Bagi kalian yang sering membaca artikel di situs The Conversation Indonesia, kalian pasti sering menemukan kalimat yang digarisbawahi. Ketika kalimat tersebut diklik, kita akan diarahkan menuju halaman baru yang berupa referensi pernyataan tersebut.
Hal ini yang disebut sebagai hypertext.
Hypertext merupakan sebuah fitur yang sangat sering digunakan oleh media baru. Hypertext memiliki kegunaan sebagai sebuah rujukan pada teks yang kemudian akan diarahkan menuju sumber referensi.Â
4. Jaringan (global)
Kriteria media baru yang satu ini juga ditemukan di The Conversation Indonesia. Seperti yang sudah dipaparkan di atas, The Conversation merupakan media independen yang lahir di Melbourne. Sampai tahun 2020, The Conversation memiliki jaringan di berbagai negara, seperti Inggris, Amerika Serikat, Afrika, Prancis, dan Indonesia.
Jaringan di berbagai negara ini memungkinkan pertukaran ide dan informasi dari berbagai tempat di dunia. Pertukaran sumber daya pun sangat mungkin terjadi tanpa harus menghabiskan banyak biaya.
5. Virtual
The Conversation Indonesia tidak hanya menghadirkan artikel yang berisi tulisan. Mereka menghadirkan gambar yang berhubungan dengan topik artikel terkait.
Tidak hanya itu, The Conversation Indonesia juga hadir dalam platform audio visual, yaitu Youtube. Beberapa topik yang dihadirkan dalam bentuk tulisan, dihadirkan dan dibahas kembali dalam bentuk video.
Para penulis juga dapat dihadirkan secara virtual melalui interaksi di kolom komentar. Para pembaca juga dapat membuat akun pada situs tersebut. Sehingga, ada identitas diri yang muncul secara virtual.
6. Simulated
Simulated dalam konteks karakteristik media baru memiliki arti bahwa sebuah konten dapat dirasakan secara nyata. Contohnya seperti simulasi mengemudi atau simulasi mengendarai.
Hal ini tidak ditemukan di dalam situs The Conversation Indonesia. Mereka tidak menghadirkan sensasi nyata dari konten yang mereka hadirkan. Pembaca hanya dapat membayangkan dan mengetahui konteks dari topik artikel tersebut.
Dari pembahasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa The Conversation Indonesia memenuhi 5 poin dari 6 kriteria media baru dari Martin Lister. Oleh karena itu, The Conversation Indonesia dapat disebut sebagai media baru atau new media.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H