Siapa yang rindu menonton film di bioskop?
Sudah hampir 6 bulan lamanya, bioskop di seluruh Indonesia tutup untuk sementara karena pandemi COVID-19. Penutupan sementara ini didasari oleh peraturan dan kebijakan dari pemerintah yang melarang kegiatan berkumpul. Tujuannya, untuk menekan penyebaran COVID-19 di Indonesia.
Penutupan bioskop ini tidak hanya berdampak kepada pemilik bioskop di Indonesia. Kegiatan seperti produksi film pun terpaksa ditunda sampai waktu yang belum ditentukan. Film-film yang harusnya tayang pada kuartal ke-2 dan ke-3 tahun 2020 juga terpaksa mengatur ulang jadwal.
Masyarakat penikmat film layar lebar ikut terkena dampak dari penutupan bioskop ini. Selama pandemi, kita telah kehilangan sensasi menonton film di bioskop. Eits, sensasi yang dimaksud bukan sensasi pacaran di bioskop, yaa!
Memang, beberapa film akhirnya memutuskan untuk tayang di beberapa aplikasi streaming yang legal. Tidak dapat dipungkiri, aplikasi layanan streaming film sedang digemari oleh masyarakat Indonesia. Setidaknya dapat mengobati sedikit kerinduan untuk menonton di bioskop.
Namun, ada satu kerinduan dari kegiatan menonton di bioskop yang belum dapat dipenuhi oleh aplikasi streaming film. Kalian tentunya masih ingat dengan kalimat ini, "All around you". Video di bawah ini mungkin dapat menyegarkan ingatan kalian.
Ya, tepat sekali. Kalimat tersebut selalu terdengar di bioskop sebelum film mulai diputar.
Salah satu sensasi yang paling dirindukan dari bioskop, yaitu audio yang tidak hanya kencang, namun juga memiliki kualitas yang baik. Keberadaan speaker di bioskop dengan kualitas dan tata letak yang sedemikian rupa, membantu kita untuk merasakan efek real dari sebuah film. Suara film di bioskop membawa kita masuk ke dalam suasana ceritanya. Sensasi tersebut akan berbeda ketika kita menonton film dari aplikasi streaming melalui smartphone atau laptop.
Masih ingat dengan film Jurassic World?
Selayaknya film petualangan yang lain, Jurassic World juga dipenuhi adegan menegangkan dan mencekam. Ada banyak faktor penting yang membangun imajinasi penonton untuk merasakan sosok dinosaurus sesungguhnya. Salah satunya, yaitu sound design.
Sebelum membahas lebih lengkap mengenai sound design, coba bayangkan sejenak jika film ini tidak bersuara. Apakah film ini masih seru untuk ditonton? Jawabannya, tidak seru sama sekali. Teknologi bernama CGI (Computer-generated imagery)Â memang mampu menghadirkan sosok dinosaurus, namun tidak ada suasana seru dan menegangkan tanpa adanya penataan suara yang mendukung.
Apa itu Sound Design?
Tomlinson Holman dalam bukunya yang berjudul "Sound for Film and Television (Third Edition)" mengartikan sound design sebagai sebuah seni yang menciptakan soundtrack dengan tujuan untuk memajukan dan mendukung gambar serta cerita pada film.
Istilah sound design muncul pada tahun 1970-an di mana sebelumnya penataan audio dan pengambilan gambar tidak seperti sekarang. Para sound designer saat ini bisa melakukan penataan suara pada proses pasca-produksi dan menyiapkan konsepnya jauh sebelum pengambilan gambar dimulai.
Sound design bukanlah kegiatan yang sekadar menempel dan menggabungkan suara. Namun, para pekerjanya juga berpikir untuk mengatur frekuensi, intensitas suara, jarak suara, dan latar belakang musik yang digunakan dalam keseluruhan film.Â
Sound design adalah hal yang begitu detail dalam sebuah film. Ada tiga hal yang menjadi poin penting dari sound design, yaitu:
1. Right sound
Penggunaan suara yang tepat menggambarkan bahwa terjadi pemilihan suara untuk mendukung sebuah adegan. Contoh sederhananya, adegan seseorang tertawa pada sebuah film harus diisi dengan suara tertawa. Jika adegan tertawa diisi dengan suara tangisan, maka adegan tersebut akan terlihat aneh. Suasana dari film tersebut pun tidak akan tersampaikan dengan baik.
2. Right place
Tempat perekaman dan pengumpulan suara juga menjadi perhatian penting dari sound design. Tempat yang tepat akan memengaruhi baik buruknya kualitas suara. Ada beberapa scene dalam film membutuhkan suara yang clear, namun ada beberapa scene dalam film juga yang membutuhkan suara kerumunan orang.
3. Right time
Waktu yang tepat berkaitan dengan proses sinkronisasi antara gambar dengan suara. Ketepatan sinkronisasi ini sangat memengaruhi film. Â
Sound design membangun imajinasi penonton
Penataan suara di dalam film tentunya harus didukung dengan kualitas speaker audio yang baik. Bioskop ternama di Indonesia yang hadir di berbagai kota telah menggunakan teknologi surround sound. Teknologi ini menciptakan efek 3D dalam bentuk audio yang dirasakan penonton.
Kemunculan film dimulai dengan film tanpa warna dan tanpa suara. Salah satu tokoh terkenal dan lekat dengan era film bisu adalah Charlie Chaplin. Perkembangan film sampai pada tahun 2020 telah memungkinkan penonton untuk "masuk" ke dalam film.
Film Jurassic World berhasil menghidupkan imajinasi penonton terhadap sesuatu yang sebenarnya jauh dari akal manusia. Teknologi CGI yang baik dan apiknya sound design pada film ini berhasil memberikan gambaran dinosaurus kepada penonton. Suaranya yang menggelegar, tubuhnya yang besar, dan keberadaannya yang menebar ketegangan berhasil dirasakan oleh penonton.
Film yang ada sekarang ini bahkan dapat menjangkau dan menggambarkan sesuatu yang belum terjangkau manusia. Jika biasanya kita melihat dinosaurus hanya secara visual dari buku cerita anak-anak. Lewat film seperti Jurassic World, kita bahkan dapat membayangkan bagaimana suasana ketika dinosaurus hidup di tengah-tengah manusia. Bahkan, penonton dapat merasakan suasana ketika dinosaurus bersembunyi di belakangnya berkat sound design. Makin penasaran bukan, dinosaurus benar pernah hidup di bumi gak yaa?
Jadi, sudah makin rindu untuk menonton film di bioskop? Tahan dulu yaa, tunggu sampai pandemi selesai! Untuk sedikit mengobati kerinduan dengan bioskop, kalian bisa coba menonton film di aplikasi streaming dengan menggunakan earphone.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H