Siapa sih yang gak kenal dengan bunga telang? Bunga biru dengan nama latin Clitoria ternatea ini sering sekali kita ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Bunga telang merupakan tanaman asli Indonesia yang berasal dari kepulauan Ternate, Maluku dan tergolong dalam famili Fabaceae. Kandungan pigmen antosianin yang memberikan warna biru pada bunga ini ternyata memiliki segudang manfaat. Secara tradisional, bunga ini telah digunakan sebagai obat penurun panas dan pereda nyeri, selain itu bunga telang juga memiliki potensi untuk digunakan sebagai anti-inflamasi.
Apa itu Inflamasi?
Inflamasi adalah sebuah reaksi pertahanan tubuh untuk membunuh atau mencegah penyebaran agen yang merugikan bagi tubuh. Respon inflamasi yang akut dicirikan dengan bertambahnya permeabilitas pembuluh darah dan infiltrasi seluler yang berujung pada pembentukan edema atau penumpukan cairan dalam tubuh yang dikarenakan terjadinya ekstravasasi cairan sel, protein, dan leukosit pada daerah inflamasi. Walaupun inflamasi adalah mekanisme pertahanan yang baik, tetapi kompleks dan mediator yang terlibat dalam reaksi inflamasi dapat menginduksi atau memperburuk beberapa penyakit.
Phosphoinositide 3-kinase (PI3K) adalah golongan dari lipid kinase yang mengatur beberapa peristiwa penting dalam respon inflamasi terhadap kerusakan dan infeksi. Enzim PI3K dapat memfosforilasi PIP2 menjadi PIP3 yang dapat menstimulasi aktivitas katalitik dari Akt1, menyebabkan terjadinya fosforilasi pada protein lain yang terdapat pada tubuh sehingga dapat mempengaruhi siklus sel, proliferasi, ledakan oksidatif, serta aktivasi gen sitokin proinflamasi. Pada akhirnya inflamasi terjadi akibat adanya aktivitas dari gen sitokin pro-inflamasi karena sitokin tersebut berperan dalam sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Inhibitor dari PI3K mampu mengganggu akumulasi dari PIP3, yang mengatur sitokin pro-inflamasi, sehingga dapat mengurangi peradangan atau dapat disebut anti-inflamasi. Antosianin mampu berperan sebagai anti-inflamasi melalui mekanisme docking molekuler, dimana antosianin akan menjadi ligan yang berikatan dengan protein tertentu sehingga menginhibisi ekspresi gen dari substansi pro-inflamasi. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya inflamasi.
Efek Ekstrak Antosianin C. ternatea pada mencit yang diinjeksikan karagenan
Agar dapat menganalisa efek ekstrak C. ternatea anthocyanin (CTA) terhadap inflamasi secara in vivo, digunakan model mencit yang telah diinjeksikan karagenan agar terjadi edema atau pembengkakan pada kaki kanan tikus. Senyawa karagenan sendiri dapat memicu produksinya mediator inflamasi dan proinflamasi seperti prostaglandin, histamin, bradykinin, dan TNF-𝛼. Reaksi inflamasi mencit memuncak 3 jam setelah penyuntikan karagenan yang ditandai dengan pembengkakan maksimal. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, setelah mengalami pembengkakan maksimal di jam ke-3, terjadi penurunan volume pembengkakan yang signifikan. Hal tersebut menunjukkan keberhasilan dari ekstrak CTA yang berperan sebagai anti-inflamasi. Konsentrasi ekstrak CTA yang paling efektif untuk digunakan adalah 500 mg/kg BW.
Efek Esktrak CTA dalam ekskresi gen berkaitan dengan PI3K signaling pada mencit yang diinjeksikan karagenan