Keanehan tersebut juga diperkuat dalam pernyataan Melanie Subono musisi Indonesia yang saat pendeklarasian tersebut dia sedang dalam memantau beberapa TPS yang masih belum selesai dalam penghitungan,
Melanie Subono dibuat bingung dengan hasil hitung cepat yang sudah beredar dan menunjukkan perolehan suara pasangan capres Jokowi-JK unggul daripada Prabowo-Hatta.
Yang lebih membingungkan baginya adalah tim sukses Jokowi-JK telah menggelar konferensi pers terkait kemenangan itu. Padahal penghitungan suara di TPS 080, Jakarta Selatan, yang ia kawal belum selesai.
Dengan demikian kita bisa menarik kesimpulan dengan sebuah pertanyaan, Mengapa timses Jokowi-JK menggring opini publik melalui Quick Count mereka dan menyatakan bahwa mereka memenangkan pilpres 2014?
Keputusan pemenang pilpres di Indonesia itu diputuskan melalui dua lembaga yaitu KPU dan MK, dengan keputusan dua lembaga tersebut maka secara hukum hasil yang didapat baru akan sah hasilnya pada tanggal 22 juli 2014.
Quick Count (perhitungan cepat) hasil pemilu/pilpres, adalah salah satu alat untuk membantu publik mendapatkan informasi, Informasi yg disajikan QC terkait dengan KEMUNGKINAN atau TREND mengenai hasil pemilu/pilpres yg sesungguhnya (real count). Quick Count dibutuhkan atau dirasakan sebagai kebutuhan karna publik ingin tahu hasil pilpres secepatnya, meski hanya sebatas gambaran/prediksi sehingga Quick Count sangat baik dalam menggring opini publik.
Dengan tergiringnya opini publik melalui Quick Count yang ternyata terjadi keanehan atau terlihat seperti di 'Design' dan ditambah dengan pendeklarasian kemenangan yang juga aneh karna terlalu dini, maka sudah dipastikan timses Jokowi - JK ingin menggring opini publik kearah dimana mereka telah memenangkan Pilpres 2014. Yang padahal hasilnya resmi nya saja saja belum ketahuan.
Terindikasi bahwa timses Jokowi - JK tahu bahwa mereka telah kalah namun dengan hasil yang sangat tipis sekali, mangapa demikian? selama beberapa hari terakhir sebelum pilpres, banyak keanehan terjadi pada perilaku lembaga survey timses Jokowi, Lembaga2 survey bayaran atau terafliasi jokowi yg sebelumnya getol publikasikan elektabilitas Jokowi tiba-tiba bungkam. Sudah pasti mereka tidak publikasikan hasil survey karena trend Jokowi yg terus merosot hingga di bawah Prabowo. Menjelang pilpres jika Jokowi masih unggul, sudah pasti lembaga2 survey itu berlomba-lomba memuat dan siarkan ke seluruh media massa. Dan dengan data fakta yang sudah dibahas sebelumnya bahwa QC telah di manipulasi semakin membuktikan kekalahan dari Jokowi - JK. Kalau tidak kalah, mengapa mereka repot-repot memanipulasi data QC?
Itu semua agar membentuk opini publik sehingga publik percaya bahwa mereka menang dan jika KPU menyatakan mereka kalah maka selanjutnya mereka tinggal menggugat ke MK atas keputusan yang didapat. Mengapa mereka barani menggugat? ya, karena opini publik yang sudah mereka ciptakan bahwa mereka menang menurut survei-survei yang ada dan rakyat pecaya.
Quick Count -> Opini Publik -> Kepercayaan Masyarakat , jika kepercayaan masyarakat sudah mereka dapat maka jika mereka kalah akan seperti ini , Gugat MK -> Masyarakat(alat) -> chaos -> ... dan entahlah apa yang terjadi.