Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah suatu sistem yang mengajarkan keimanan (kepercayaan) dan keyakinan serta pengabdian kepada Tuhan Yang Mahakuasa dan kaidah yang berkaitan dengan pergaulan manusia dan lingkungannya.Â
Sedangkan Moral adalah ajaran tentang nilai, norma, dan prinsip yang membedakan antara perbuatan yang benar dan salah, baik dan buruk. Salah satu fondasi terpenting dalam pembentukan karakter dan nilai-nilai anak adalah pendidikan moral dan agama.Â
Dalam tumbuh kembang anak, pada masa kanak-kanak merupakan masa ketika nilai-nilai dan kebiasaan yang ditanamkan akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan sehari-hari anak.Â
Dengan memberikan pendidikan moral dan agama yang baik sejak dini, maka akan terbentuk generasi yang berakhlak mulia dan mampu bertahan dalam berbagai rintangan. Begitu cepatnya zaman perubahan memang membawa tantangan tersendiri dalam mendidik anak.Â
Globalisasi, kemajuan teknologi, dan perubahan dalam struktur keluarga telah menciptakan lingkungan yang kompleks bagi tumbuh kembang anak. studi menunjukkan dampak yang signifikan terhadap perkembangan moral dan agama anak. Kadang- kadang sebagai orang tua, kita mungkin merasa tidak nyaman membahas masalah moral dan agama dengan seorang anak. Berikut adalah contoh umum yang perlu diperhatikan:
- Perubahan dalam tingkah laku, seperti : tiba-tiba sering menjadi mukul dan marah, menjadi pendiam, berbohong, dan mencuri.
- Tidak peduli dengan orang lain dan tidak mau berbagi.
- Tidak taat pada aturan.
- Menolak diajak beribadah dan tidak mau berdoa.
- Tidak meminta izin sebelum pergi bermain.
Untuk menanamkan nilai-nilai moral dan agama pada seorang anak, Anda dapat melakukan beberapa hal, seperti :
- Mengajarkan moral dan agama sejak lahir.
- Menunjukkan sikap dan kebiasaan yang  benar.
- Menasehati anak secara perlahan.
- Mengikutsertakan anak pada Taman Pendidikan Al-Quran.
- Jangan menyerah dan tetap konsisten.
Studi KasusÂ
Studi kasus merupakan metode penelitian yang mendalam terhadap suatu individu, kelompok, dan peristiwa tertentu. Tujuan utama dari studi kasus adalah untuk memberikan pemahaman yang komprehensif dan mendalami tentang kasus yang diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perkembangan moral dan agama pada anak-anak dan untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk menyelesaikan masalah terkait.
Seorang anak berusia 6 tahun, ia tinggal dilingkungan perkotaan. Orang tuanya setiap hari mengajak ia ke masjid, mengajarinya mengaji membaca surah-surah pendek, dan membiasakan untuk berdoa. Tetapi ia sering kali menolak dan tidak melakukannya. Ia lebih memilih bermain game online dan menonton kartun daripada beribadah dan mengaji. Selain itu, ia juga sering mengatai teman-temannya dengan kata-kata kasar, ia tidak mau berbagi mainan dengan teman-temannya, dan ia sering berbohong kepada orang tuanya.
Faktor penyebab :
- Internal
- Perkembangan Emosional : dia mungkin lebih tertarik pada hal-hal yang menghibur dan menyenangkan, seperti bermain game dan menonton kartun.
- Temperamen : dia mungkin lebih mudah merasa bosan atau tidak sabar saat melakukan aktivitas yang sulit diselesaikan apabila mereka memiliki temperamen yang sulit.
- Eksternal
- Lingkungan Keluarga : orang tuanya mungkin terlalu sibuk atau tidak konsisten dalam memberikan contoh yang baik, seperti melakukan ibadah dan mengaji.
- Lingkungan sosial : Teman-temannya mungkin lebih sering bermain game daripada melakukan ibadah dan mengaji, selain itu juga mungkin ia terpengaruh oleh lingkungan masyarakat dalam berkata kasar.
- Gadget : dia mungkin terpengaruh dengan konten-konten yang tidak sesuai dengan usianya, makanya dia sibuk main game dari pada beribadah dan mengaji.
Anak usia 6 tahun masih sangat egosentris, artinya mereka kesulitan memahami sudut pandang orang lain. Mereka mungkin percaya bahwa ibadah hanya penting bagi orang dewasa, tidak ada kaitannya dengan kehidupan sehari - hari mereka. Â Kita harus menjelaskan konsep ibadah secara jelas dan ringkas, menghubungkannya dengan pengalaman sehari-hari anak-anak. Misalnya kita bisa menjelaskan kalau kita sedang berdoa sama - sama, seperti sedang berbicara dengan seorang teman, hanya saja kita berbicara dengan Tuhan. Kita perlu untuk menjelaskan itu kepada anak bahwa beribadah dan berdoa memiliki manfaat bagi mereka secara pribadi, seperti menjadikan hati tenang dan disayang Tuhan.Â