Mohon tunggu...
Vadia Melin
Vadia Melin Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa Prodi PIAUD UINSA

Jangan malu dengan kegagalan, belajarlah darinya dan mulai lagi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menganalisis Masalah Moral dan Agama Anak (Studi Kasus pada Anak Usia Dini)

2 Desember 2024   13:37 Diperbarui: 2 Desember 2024   13:45 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah suatu sistem yang mengajarkan keimanan (kepercayaan) dan keyakinan serta pengabdian kepada Tuhan Yang Mahakuasa dan kaidah yang berkaitan dengan pergaulan manusia dan lingkungannya. 

Sedangkan Moral adalah ajaran tentang nilai, norma, dan prinsip yang membedakan antara perbuatan yang benar dan salah, baik dan buruk. Salah satu fondasi terpenting dalam pembentukan karakter dan nilai-nilai anak adalah pendidikan moral dan agama. 

Dalam tumbuh kembang anak, pada masa kanak-kanak merupakan masa ketika nilai-nilai dan kebiasaan yang ditanamkan akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan sehari-hari anak. 

Dengan memberikan pendidikan moral dan agama yang baik sejak dini, maka akan terbentuk generasi yang berakhlak mulia dan mampu bertahan dalam berbagai rintangan. Begitu cepatnya zaman perubahan memang membawa tantangan tersendiri dalam mendidik anak. 

Globalisasi, kemajuan teknologi, dan perubahan dalam struktur keluarga telah menciptakan lingkungan yang kompleks bagi tumbuh kembang anak. studi menunjukkan dampak yang signifikan terhadap perkembangan moral dan agama anak. Kadang- kadang sebagai orang tua, kita mungkin merasa tidak nyaman membahas masalah moral dan agama dengan seorang anak. Berikut adalah contoh umum yang perlu diperhatikan:

  • Perubahan dalam tingkah laku, seperti : tiba-tiba sering menjadi mukul dan marah, menjadi pendiam, berbohong, dan mencuri.
  • Tidak peduli dengan orang lain dan tidak mau berbagi.
  • Tidak taat pada aturan.
  • Menolak diajak beribadah dan tidak mau berdoa.
  • Tidak meminta izin sebelum pergi bermain.

Untuk menanamkan nilai-nilai moral dan agama pada seorang anak, Anda dapat melakukan beberapa hal, seperti :

  • Mengajarkan moral dan agama sejak lahir.
  • Menunjukkan sikap dan kebiasaan yang  benar.
  • Menasehati anak secara perlahan.
  • Mengikutsertakan anak pada Taman Pendidikan Al-Quran.
  • Jangan menyerah dan tetap konsisten.

Studi Kasus 

Studi kasus merupakan metode penelitian yang mendalam terhadap suatu individu, kelompok, dan peristiwa tertentu. Tujuan utama dari studi kasus adalah untuk memberikan pemahaman yang komprehensif dan mendalami tentang kasus yang diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perkembangan moral dan agama pada anak-anak dan untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk menyelesaikan masalah terkait.

Seorang anak berusia 6 tahun, ia tinggal dilingkungan perkotaan. Orang tuanya setiap hari mengajak ia ke masjid, mengajarinya mengaji membaca surah-surah pendek, dan membiasakan untuk berdoa. Tetapi ia sering kali menolak dan tidak melakukannya. Ia lebih memilih bermain game online dan menonton kartun daripada beribadah dan mengaji. Selain itu, ia juga sering mengatai teman-temannya dengan kata-kata kasar, ia tidak mau berbagi mainan dengan teman-temannya, dan ia sering berbohong kepada orang tuanya.

Faktor penyebab :

  • Internal
  • Perkembangan Emosional : dia mungkin lebih tertarik pada hal-hal yang menghibur dan menyenangkan, seperti bermain game dan menonton kartun.
  • Temperamen : dia mungkin lebih mudah merasa bosan atau tidak sabar saat melakukan aktivitas yang sulit diselesaikan apabila mereka memiliki temperamen yang sulit.
  • Eksternal
  • Lingkungan Keluarga : orang tuanya mungkin terlalu sibuk atau tidak konsisten dalam memberikan contoh yang baik, seperti melakukan ibadah dan mengaji.
  • Lingkungan sosial : Teman-temannya mungkin lebih sering bermain game daripada melakukan ibadah dan mengaji, selain itu juga mungkin ia terpengaruh oleh lingkungan masyarakat dalam berkata kasar.
  • Gadget : dia mungkin terpengaruh dengan konten-konten yang tidak sesuai dengan usianya, makanya dia sibuk main game dari pada beribadah dan mengaji.

Anak usia 6 tahun masih sangat egosentris, artinya mereka kesulitan memahami sudut pandang orang lain. Mereka mungkin percaya bahwa ibadah hanya penting bagi orang dewasa, tidak ada kaitannya dengan kehidupan sehari - hari mereka.  Kita harus menjelaskan konsep ibadah secara jelas dan ringkas, menghubungkannya dengan pengalaman sehari-hari anak-anak. Misalnya kita bisa menjelaskan kalau kita sedang berdoa sama - sama, seperti sedang berbicara dengan seorang teman, hanya saja kita berbicara dengan Tuhan. Kita perlu untuk menjelaskan itu kepada anak bahwa beribadah dan berdoa memiliki manfaat bagi mereka secara pribadi, seperti menjadikan hati tenang dan disayang Tuhan. 

Pada usia 6 tahun,  anak - anak dalam tahap pra-konvensional di mana moralitas mereka didasarkan pada konsekuensi tindakan (hadiah dan hukuman). Jika seorang anak percaya bahwa beribadah dan berdoa tidak memberikan manfaat yang jangka panjang atau memberikan konsekuensi negatif (seperti waktu bermain yang berkurang) mereka mungkin dapat menolaknya. Pemahaman anak-anak tentang agama berkembang seiring dengan perkembangan kognitif mereka. Anak usia 6 tahun mungkin belum sepenuhnya memahami konsep tentang agama, seperti neraka, surga, atau Tuhan. Akibatnya mereka kurang bersemangat untuk beribadah.

Berikut beberapa cara untuk membantu anak usia 6 tahun yang menunjukkan kesulitan dalam beribadah, berkata kasar, dan tidak mau berbagi :

  • Jelaskan kisah nabi atau tokoh agama yang relevan dan menginspirasi kehidupan sehari -hari anak. Misalnya kisah pada Nabi Yusuf yang penyabar atau Nabi Muhammad SAW yang sangat penyayang.
  • Ketika anak-anak mampu memahami kasar- kata kasar, ingatkan dengan lembut dan ajarkan kata-kata pengganti yang lebih sopan.
  • Jelaskan kepada anak bahwa berbagi membuat kita merasa senang dan juga dapat membuat orang lain bahagia.
  • Memberikan konsekuensi yang logis apabila anak melanggar peraturan.

Sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam membantu anak-anak mengatasi masalah perilaku ini. Berikut adalah beberapa peran sekolah:

  • Sekolah dan orang tua perlu menyepakati nilai-nilai yang ingin ditanamkan pada anak dan bekerja sama dalam memberikan contoh dan pengajaran yang konsisten.
  • Guru dapat menggunakan berbagai metode kreatif danmetode pengajaran interaktif untuk menginspirasi anak -anak dan membantu anak memahami nilai-nilai moral.
  • Sekolah harus memberikan pendidikan agama yang sesuai dengan kebutuhan anak, dengan menekankan pentingnya kesabaran, ketekunan, dan perilaku baik.
  • Seorang guru mungkin memberikan bimbingan individu atau kelompok bimbingan untuk membantu anak mengatasi Masalah anak tersebut.

Solusi pada kasus di atas adalah Ajak anak membuat kesepakatan bahwa jika dia jujur, dia akan menerima sejumlah kecil hadiah. Ingatkan kembali perjanjian tersebut dan berikan konsekuensi yang telah disepakati ketika anak berbohong. Berikan contoh cara berbagi yang benar. Anak-anak harus didorong untuk bermain bersama orang tua mereka dan memperhatikan cara mereka bermain bersama. Ajak anak beribadah bersama teman sebaya yang religius atau anggota keluarga lainnya.

Analisis masalah moral dan agama pada anak-anak harus mempertimbangkan konteks sosial yang kompleks. Dengan memahami realitas sosial yang dialami anak-anak, kita dapat mengembangkan intervensi yang lebih efektif dan komprehensif. Masalah moral dan agama pada anak merupakan masalah kompleks yang memerlukan pertimbangan serius dari semua pihak. Dengan memahami realitas sosial yang ada, kita dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk mengatasi masalah ini dan menciptakan generasi muda yang penuh karakter dan mulia. Mendidik anak agar memiliki nilai-nilai moral dan agama yang kuat membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan kreativitas. Mengatasi masalah perilaku anak usia dini membutuhkan kerja sama antara sekolah, orang tua, dan lingkungan sekitar. Dengan pendekatan yang tepat dan konsisten, anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun