Mohon tunggu...
Vaden Ignatius Kapoh
Vaden Ignatius Kapoh Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - ASN

latar belakang pendidkan saya D3 keperawatan saat ini bekerja di pemerintahan sebagai aparatur sipil negara di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan saat ini sedang melanjutkan pendidikan S1 Jurusan kesehatan Masyarakat di Universitas Indonesia Maju (UIMA Jakarta)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Skrining Komplikasi Organ Pendekatan Moderen untuk Deteksi Dini Penyakit Kronis

2 Desember 2024   11:00 Diperbarui: 2 Desember 2024   14:30 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa Komplikasi organ yang disebabkan oleh  penyakit Diabetes Melitus dan Hipertensi (mediaaceh.com)

Vaden Ignatius Kapoh

Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Maju (UIMA)

Komplikasi organ sering kali menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular. Di Indonesia, prevalensi penyakit ini terus meningkat, Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi hipertensi mencapai 30,8% pada populasi dewasa, sementara DM ditemukan pada 11,7% penduduk usia ≥15 tahun, mendorong perlunya pendekatan yang lebih proaktif dalam deteksi dini.  

Skrining komplikasi organ menjadi alat yang efektif untuk meminimalkan kerusakan lebih lanjut, meningkatkan kualitas hidup pasien, dan mengurangi beban ekonomi pada sistem kesehatan.

Metode Skrining Komplikasi Organ

Metode skrining komplikasi organ telah berkembang dengan integrasi teknologi modern. Beberapa metode yang sering digunakan meliputi:

  1. Pemeriksaan Laboratorium: Analisis darah dan urin untuk menilai fungsi ginjal (kreatinin, eGFR), fungsi hati (SGOT, SGPT), dan profil lipid untuk risiko kardiovaskular.
  2. Pencitraan Medis: USG, CT-scan, atau MRI membantu mendeteksi kerusakan struktural organ seperti fibrosis hati atau kardiomiopati.
  3. Teknologi Berbasis Artificial Intelligence (AI): Sistem berbasis AI kini digunakan untuk menganalisis data pasien secara otomatis, mempercepat proses deteksi komplikasi.
  4. Alat Diagnostik Non-invasif: Seperti pengukuran elastografi untuk deteksi fibrosis hati atau pemeriksaan ankle-brachial index (ABI) untuk menilai risiko penyakit arteri perifer.

Manfaat Skrining Komplikasi Organ

  1. Deteksi Dini: Identifikasi risiko sebelum gejala klinis muncul.
  2. Efisiensi Biaya: Mencegah pengeluaran besar akibat komplikasi berat.
  3. Peningkatan Kualitas Hidup: Intervensi dini memungkinkan pasien menjalani hidup lebih sehat.
  4. Pengurangan Beban Sistem Kesehatan: Mengurangi rujukan ke rumah sakit untuk kasus yang sudah berat.

Implementasi di Indonesia

Skrining komplikasi organ telah mulai diimplementasikan di fasilitas kesehatan primer dan sekunder di Indonesia. Program seperti Chronic Disease Management Program (Prolanis) oleh BPJS Kesehatan menjadi salah satu model keberhasilan dalam memanfaatkan skrining untuk pencegahan komplikasi pada pasien dengan penyakit kronis.

Namun, tantangan seperti keterbatasan infrastruktur, kurangnya tenaga medis terlatih, dan biaya teknologi masih menjadi kendala yang perlu diatasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun