Mohon tunggu...
Saverinus Kaka
Saverinus Kaka Mohon Tunggu... Dosen - Saya adalah seorang Karyawan swasta yang sangat peduli dengan berbagai masalah sosial, politik, hukum dan bisnis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah seorang lulusan dari Universitas Pelita Harapan, Jakarta dengan Program Studi Magister Pendidikan (S-2), Konsentrasi pada Program Pengajaran Bahasa Inggris untuk Penutur Asing (Teaching of English for Speakers of Other Languages (TESOL)) pada tahun 2013. Menyelesaikan kuliah Strata satu (S-1) di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta dengan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris pada tahun 1997. Setelah lulus, langsung mengajar di salah satu SMA swasta terkemuka di Jakarta. Pada tahun 2007-2013, menjabat sebagai Kepala sekolah di beberapa SMA swasta terkemuka di Jakarta. Tahun 2013-2015, Kepala Sekolah di sebuah Sekolah Internasional di Surabaya. Pada tahun 2016-2018, menjadi Manager HRD di sebuah Sekolah International di Jakarta. Saat ini menjadi Wakil Rektor di sebuah Universitas Swasta di Tangerang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tubuh Manusia adalah Mosaik dari Berbagai Genom

10 Juni 2019   13:52 Diperbarui: 11 Juni 2019   20:10 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
worldstemcellsummit.com

Jaringan dengan tingkat pembelahan sel yang tinggi, seperti yang membentuk kulit dan kerongkongan, cenderung memiliki lebih banyak mosaikisme daripada jaringan dengan tingkat pembelahan sel yang lebih rendah. 

Mosaikisme juga meningkat dengan bertambahnya usia, dan khususnya lazim terjadi pada paru-paru dan jaringan kulit yang terpengaruh oleh faktor lingkungan yang dapat merusak DNA.

SINYAL HALUS

Gen yang disebut TP53 - yang membantu memperbaiki kerusakan DNA dan dikenal sebagai 'penjaga genom' - adalah salah satu situs mutasi yang paling umum. Perubahan tertentu pada TP53 dikaitkan dengan kanker, tetapi mungkin perlu mutasi tambahan pada gen lain sebelum sel-sel menimbulkan tumor.

"Apa yang kami lihat adalah beberapa perubahan prekanker awal yang kemudian akan mengakumulasi lebih banyak mutasi," kata Erin Pleasance, yang mempelajari genomik kanker di British Columbia Cancer Agency di Vancouver, Kanada. "Pada akhirnya sebagian kecil dari semua ini dapat menjadi kanker."

Para peneliti sekarang perlu menemukan cara untuk memilah sel mana yang akan menjadi tumor dan mana yang 'normal', kata Cristian Tomasetti, seorang ahli matematika terapan di Johns Hopkins Medicine di Baltimore, Maryland. Hal itu bisa menjadi penting untuk meningkatkan upaya untuk mendeteksi kanker sejak dini.

Tomasetti telah mengembangkan metode untuk mendeteksi DNA tumor yang bersirkulasi dalam darah, yang diharapkan para peneliti suatu hari nanti dapat digunakan untuk menemukan tanda-tanda awal kanker. Tetapi dia mengatakan bahwa timnya awalnya terkejut menemukan bahwa beberapa mutasi dalam hasil mereka - yang berhubungan dengan kanker, dan bisa jadi mengindikasikan keberadaan tumor - berasal dari sekelompok sel darah normal.

"Situasi berantakan ini adalah normal baru," kata Tomasetti. "Tantangannya sekarang adalah mencari tahu sampai titik mana kita menyebut sesuatu yang normal." (Alih Bahasa oleh Saverinus Kaka)

Sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun