"Ini tidak perlu beli tiket untuk Mona, kan?" tanya Adian pelan, disambut ledakan tawa Kimaya.
"Kamu tahu enggak sih kalau Mona suka sama kamu?" mata Kimaya menggoda Adian. Cowok itu terbatuk lagi.
"Wuaaah ... kamu terlalu sering jadi idola ya, sampai tidak sesensitif itu?" tegur Kimaya sambil geleng-geleng kepala.Â
"Tiket tinggal satu slot, untuk satu orang," jawab Adian, masih dengan suara pelan. Kimaya tertawa lagi lalu menepuk-nepuk pundak Adian, seakan ingin menenangkan. Adian tersenyum.
---
Di atas pesawat, Adian masih saja heran, "Kamu hanya bawa tas sekecil itu? Ini Jogja loh, Kim."
"Balik nanti aku bawa koper besar isi oleh-oleh. Kamu tuh nggak pernah mikirin teman, Jogja kan banyak suvenir yang nggak ada di Bali. Mau buat model teman yang bisnis cinderamata. Mona juga nitip banyak batik," cerocos Kimaya yang sangat dinikmati oleh Adian.
Tak lama Kimaya tertidur karena penerbangan terlalu pagi buat dia. Adian menyediakan bahunya untuk sandaran Kimaya yang disambut dengan ringan.
Mendarat di Jogja malah membutuhkan waktu sekitar dua jam sampai ke rumah Kimaya, dua kali lebih lama dari penerbangan Bali ke Jogja.Â
"Di, nanti aku dikenalin ke cewek kamu, ya? Jangan sampai dia cemburu kalau aku main sama kamu," tiba-tiba saja Kimaya membuka percakapan serius. Adian terbatuk.
"Kamu baru sakit batuk, ya, Di? Dari kemarin aku dengar kamu batuk terus?" Kimaya masih belum paham kata-katanya berpengaruh besar pada mental Adian.