Seminyak hanya sejam dari rumah Kimaya. Namun cukup untuk membuatnya segar kembali setelah tidur berkualitas tinggi di jok belakang.
"Mona mana?" Kimaya terbangun karena mesin mobil mati.
"Belanja," sahut Adian dari kursi sopir. "Ayo keluar, mobil sudah panas nih."
Kimaya tahu Adian paling tidak tahan dengan panasnya Bali. AC mobil yang dimatikan adalah momok terburuknya.
Berdua berjalan di sepanjang toko yang satu demi satu buka. Cowok itu memberanikan diri menggandeng tangan Kimaya. Dia ingin memuaskan kebersamaannya dengan cewek ini semaksimal mungkin. Tak dinyana Kimaya berhenti berjalan dan menatapnya. Lalu tersenyum.
"Nggak papa, kan, begini?" Adian dengan polos bertanya pada Kimaya sambil menunjukkan genggamannya. Sahabatnya ini hanya membalas dengan jempol tangan satunya. Adian senang.
"Kapan kita ketemu lagi, Kim?" kata Adian sambil menatap ke depan. Dia tidak berani menoleh ke Kimaya. Tidak tahu apa yang akan dikatakan Kimaya Baru ini.
"Aku ikut kamu ke Jogja, bagaimana?" jawab Kimaya ringan. Di benaknya sudah ada agenda berkelebat mau ke sana kemari. Dengan Adian.
Cowok itu terbatuk kaget tapi senang. Diajaknya Kimaya duduk di bawah pohon rindang di samping trotoar, untuk pesan tiket esok hari dengan penerbangan yang sama.
"Aku masih ada libur seminggu sebelum kegiatan kampus dimulai," Kimaya mulai menjelaskan semua rencananya. "Kamu kasih agendamu dong, nanti aku sesuaikan."
Adian hanya tersenyum-senyum. Seperti mendapat durian runtuh, bangun tadi pagi dia sudah merasakan aura perpisahan tapi menjelang siang malah mendapatkan tiket bersama Kimaya. Semua agenda seminggu ke depan dia sapu bersih.