"Halo, saya Mona," katanya. Deringan kedua langsung diangkat. Cowok ini benar-benar menunggu kontaknya. "Apakah ini A-di-an?"
"Iya, saya Adian, teman SMA Kimaya. Mona, Anda teman kuliahnya?" Adian merasa lega untuk pertama kalinya selama beberapa tahun ini. Ternyata dia baru sadar arti Kimaya dalam hidupnya.
Mereka bertukar kabar dan membuat janji untuk bertemu. Walau Mona sebenarnya ada misi lain, yang dilematis. Dia ingin Kimaya melupakan Yuda dengan adanya Adian ini. Tapi Adian cakep ...
---
Kimaya sampai di Jogja dan langsung pergi ke rumah keluarga Yuda. Dia tidak mau menahan diri. Hampir dua jam perjalanan Bali-Jogja dia berusaha bernapas panjang karena emosi yang hampir tidak terbendung. Entah rindu, entah sedih, entah marah. Dia tidak tahu. Dia butuh bertemu seseorang dari keluarga Yuda.
"Permisi, Tante," setelah dia mengetuk beberapa waktu, pintu jati besar itu terbuka pelan. Dilihatnya Tante Nuk, ibu Yuda membuka pintu. Tante kelihatan sangat lelah, pikirnya.
"Kamu siapa?" suara Tante Nuk terdengar serak, seperti lama tidak berbicara. Lalu didengarnya perempuan tua itu terbatuk.
"Saya Kimaya, Tante ..." lama dia baru berani menjawab. Sudah kepalang basah sampai di sini, dia harus siap menghadapi semuanya.
Tidak terduga wajah Tante Nuk berubah drastis. Seperti kesakitan atau sedih ... atau marah?
"Berani-beraninya kamu ke sini!!!" suara serak tadi berubah menggelegar seperti gemuruh langit yang mau hujan deras.
"Siapa, Ma?" ada suara perempuan di belakang yang langsung kelihatan wajah mudanya. Kak Maya, kakak perempuan Yuda.