Sebenarnya film ini tidak secara langsung menunjukkan bahwa perempuan lebih pintar, tapi beberapa adegan memakai Yun-Jeong sebagai perwakilan teman-teman pelukisnya untuk mempresentasikan di depan Raja Joseon. Pastinya, Sang Raja memuji karya yang dianggap terindah.
Pelukis istana haruslah pintar karena semua lukisannya harus mencerminkan citra kerajaan dan harus paham makna sastra dan seni istana. Yun-Jeong baru setahun berlatih sudah bisa bertemu Raja, yang lain (asli cowok) sudah tujuh tahun belum boleh bertemu Raja.
3. Korban Pelecehan Seksual
Yun-Jeong tidak boleh menjadi pelukis karena dia wanita bukanlah sebuah pelecehan tapi diskriminasi gender. Pelecehan terjadi ketika masih kecil dan Yun-Bok meninggal, ayahnya melepas baju atasnya untuk mengingatkan bahwa dia perempuan. Walau hasilnya dia lalu diminta menyamar menjadi laki-laki.
Pelecehan juga terjadi pada perempuan lain di lokasi publik, terutama di pasar. Profesi waiter di warung-warung menjadikan perempuan bahan bulan-bulanan pelanggan laki-laki. Mereka banyak dilecehkan dengan disentuh tubuhnya di area tertentu. Namun mereka tidak berdaya untuk menolak, bahkan malah harus menunjukkan senyum senang.Â
4. Tontonan
Entah perempuan miskin atau kaya, semua menjadi tontonan laki-laki, atau istilah ini dikenal sebagai male's gaze. Ketika berperan sebagai laki-laki, Yun-Jeong terpaksa mau menonton para perempuan mandi di sungai. Kebiasaan ini digarisbawahi dengan adanya penonton laki-laki lain, bahkan lebih muda, dua orang calon biksu botak.Â
Satu lagi ketika di area rumah hiburan yang isi pelanggannya laki-laki semua. Banyak perempuan cantik nan modis yang menjadi tontonan tamu laki-laki. Mereka berdandan dan seakan perempuan terhormat dengan memakai baju mewah dari bahan yang mahal. Semua demi kepuasan mata laki-laki yang sudah membayar mereka.
Relasi kuasa ditunjukkan dengan segi ekonomi berbentuk uang dan segi seksualitas sebagai laki-laki.
5. Tidak Bebas
Ketika Yun-Jeong menyamar menjadi laki-laki, kebebasan tidak terbatas dia dapat. Dia bisa pergi ke mana saja tanpa khawatir diganggu sebagai perempuan. Dia bisa pergi pagi, siang dan malam, tanpa batas waktu dan tempat.