Mohon tunggu...
R.A. Vita Astuti
R.A. Vita Astuti Mohon Tunggu... Dosen - IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Edukator dan penulis #uajy

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Perempuan dalam "Portrait of A Beauty"

1 Juli 2022   21:23 Diperbarui: 1 Juli 2022   21:25 1315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shin Yun-Jeong muda, sumber: Netflix 

Perempuan dalam Film

Film Korea "Portrait of A Beauty" rilis pada tahun 2008 ini berlatar belakang era Dinasti Joseon (1392--1897). Adegan di awal sudah menunjukkan konflik dan ketegangan sebuah relasi kuasa dan kekuatan gengsi laki-laki yang berdampak pada perempuan. Korbannya adalah anak laki-laki yang tidak punya ketrampilan melukis seperti yang diharapkan ayahnya. Dia akhirnya bunuh diri karena malu.

Shin Yun-Jeong adalah adik perempuan Shin Yun-Bok yang akhirnya menyamar menjadi laki-laki menggantikan kakaknya yang sudah meninggal. Shin Han-Pyong, ayahnya, yang memaksanya sehingga dari keluarganya tetap ada penerus pelukis istana.

Film ini diadaptasi dari novel dengan judul yang sama. Terbit tahun 2007, ditulis oleh Jung-Myeong Kee (asianwiki). Cerita ini berdasarkan kisah nyata pelukis Shin Yun-Bok yang asli laki-laki.

Posisi perempuan yang direpresentasikan dalam film ini:

1. Tidak boleh menjadi pelukis

Yun-Jeong sebenarnya yang membuat lukisan yang diakui sebagai karya kakak laki-lakinya (Yun-Bok). Namun, di jaman Joseon, perempuan tidak terlalu muncul dalam acara publik di rumah. Jadi, ketika kakak laki-lakinya meninggal, dengan mudah dia menggantikannya karena sebagai Yun-Jeong (perempuan) keberadaannya tidak terlalu disadari.

Kisah ini mirip-mirip Mulan, perempuan China yang tidak boleh menjadi tentara tapi karena ayahnya tidak bisa ikut berperang dia lalu menyamar menjadi laki-laki, menggantikan posisi ayahnya.

Yun-Jeong menyamar menjadi laki-laki menggantikan posisi kakak laki-lakinya karena perempuan tidak boleh menjadi pelukis.

2. Diakui lebih pintar

Sebenarnya film ini tidak secara langsung menunjukkan bahwa perempuan lebih pintar, tapi beberapa adegan memakai Yun-Jeong sebagai perwakilan teman-teman pelukisnya untuk mempresentasikan di depan Raja Joseon. Pastinya, Sang Raja memuji karya yang dianggap terindah.

Pelukis istana haruslah pintar karena semua lukisannya harus mencerminkan citra kerajaan dan harus paham makna sastra dan seni istana. Yun-Jeong baru setahun berlatih sudah bisa bertemu Raja, yang lain (asli cowok) sudah tujuh tahun belum boleh bertemu Raja.

3. Korban Pelecehan Seksual

Yun-Jeong tidak boleh menjadi pelukis karena dia wanita bukanlah sebuah pelecehan tapi diskriminasi gender. Pelecehan terjadi ketika masih kecil dan Yun-Bok meninggal, ayahnya melepas baju atasnya untuk mengingatkan bahwa dia perempuan. Walau hasilnya dia lalu diminta menyamar menjadi laki-laki.

Pelecehan juga terjadi pada perempuan lain di lokasi publik, terutama di pasar. Profesi waiter di warung-warung menjadikan perempuan bahan bulan-bulanan pelanggan laki-laki. Mereka banyak dilecehkan dengan disentuh tubuhnya di area tertentu. Namun mereka tidak berdaya untuk menolak, bahkan malah harus menunjukkan senyum senang. 

4. Tontonan

Entah perempuan miskin atau kaya, semua menjadi tontonan laki-laki, atau istilah ini dikenal sebagai male's gaze. Ketika berperan sebagai laki-laki, Yun-Jeong terpaksa mau menonton para perempuan mandi di sungai. Kebiasaan ini digarisbawahi dengan adanya penonton laki-laki lain, bahkan lebih muda, dua orang calon biksu botak. 

Satu lagi ketika di area rumah hiburan yang isi pelanggannya laki-laki semua. Banyak perempuan cantik nan modis yang menjadi tontonan tamu laki-laki. Mereka berdandan dan seakan perempuan terhormat dengan memakai baju mewah dari bahan yang mahal. Semua demi kepuasan mata laki-laki yang sudah membayar mereka.

Relasi kuasa ditunjukkan dengan segi ekonomi berbentuk uang dan segi seksualitas sebagai laki-laki.

5. Tidak Bebas

Ketika Yun-Jeong menyamar menjadi laki-laki, kebebasan tidak terbatas dia dapat. Dia bisa pergi ke mana saja tanpa khawatir diganggu sebagai perempuan. Dia bisa pergi pagi, siang dan malam, tanpa batas waktu dan tempat.

Bahkan dia bisa mengunjungi rumah-rumah hiburan yang tidak mungkin didatangi oleh perempuan selain pelacur dan pemiliknya. 

6. Bergantung pada Laki-laki

Seperti kebanyakan kisah perjuangan perempuan meraih kesetaraan, Yun-Jeong bisa meraihnya dengan dibantu oleh laki-laki. Pertama, ayahnya yang membuatnya masuk ke sekolah lukis dengan menyamar menjadi laki-laki. Kedua, Kim Hong-Do gurunya laki-laki yang melatihnya menjadi pelukis handal. Ketiga, Kang-Mu penjual cermin yang mengetahui rahasianya dan akhirnya selalu melindunginya bila Yun-Jeong mendapat masalah.

Nantikan ulasan Perempuan dalam Film selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun