"Kamu tidak bawa tas, Os?" Lea tiba-tiba sadar sedari tadi Osa hanya menarik koper kecilnya. Jaket bomber Osa seperti sudah cukup untuk membawa segala keperluan cowok itu.
"Kamu sudah siap ngobrol?" jawab Osa dengan sabar. Lea menggeleng.
Peruntungan belum di pihak Osa. Kursi di ruang tunggu penuh, ada dua yang kosong tapi terpisah. Terpaksa mereka duduk tidak berdampingan. Masih ada harapan di dalam pesawat, pikir Osa. Dia rindu menyentuh tangan Lea.
Di ruang tunggu mereka duduk terpisah tapi sedikit berhadapan, agak serong beberapa kursi. Namun Oosa tidak mau mengambil resiko dengan mengajak Lea bicara. Selain Lea mungkin tetap diam, dia harus menyembunyikan diri dari publik. Walau sepertinya orang di bandara tidak ada yang mengenalinya.
Kecuali petugas check-in tadi. Untung bapak-bapak senior, jadi tidak terlalu heboh ketika membaca namanya.
Akhirnya boarding tiba, Osa melihat Lea nampak bosan. Dia sudah selesai dengan klien dan catatannya. Wajahnya masih keruh tapi kelihatan berusaha menyunggingkan senyuman untuk Osa.
Cowok itu mengulurkan tangannya ketika mereka berdekatan akan jalan ke pesawat. Lea menyambut tangannya dan Osa menggenggamnya erat, berjanji dalam hati tidak akan melepaskannya selama di pesawat.
Satu hal yang tidak diduga Osa ketika mereka sudah sampai di tempat duduk mereka. Lea menguap panjang, meminta seat di dekat jendela. Memasang ransel kecilnya di samping, cewek itu menata diri untuk tidur. Lea hanya butuh memejamkan mata untuk sedetik saja bisa terlempar ke pulau mimpi. Kedua tangannya bersidekap.
Selama kurang lebih setengah jam Osa sendirian. Dia terlelap sebentar ketika lelah menunggu Lea bangun. Dia sangat tahu, Lea mudah tidur dan sangat susah dibangunkan. Cowok itu menghibur diri dengan kedekatannya dengan Lea, walau cewek itu hanya tidur melulu.
"Hm, masih lama, Os?" suara Lea membangunkannya ketika dia terlelap untuk kedua kalinya. Dia paham Lea butuh tidur, mungkin semalaman dia menangis lagi. Tidur dengan posisi duduk pasti melelahkan cewek itu.
"Kamu mau keluar, ke kamar mandi?" tawar Osa yang duduk di dekat aisle. "Meluruskan kaki yang kaku yang lama tidak bergerak?"