"Lea, kapan kamu kosong? Ikut ke Sumba ya, ini proyek dari UNICEF, penting buat karir Osa," kata Iva. Lea melotot, sepertinya Osa tidak tahu menahu tentang lembaga PBB itu. Dia pernah jadi ambasador, tapi semua Iva yang menangani dan timnya.
Setelah bilang ke Iva dia akan menelpon balik karena ada Osa yang ngambek di apartemennya, Lea mengajak Osa untuk duduk manis di sofa yang sejuk karena berbalut kain katun yang baru saja dibelinya.
"Sa, aku ikut ke Sumba kalau aku yang atur waktunya, bisa?" tanya Lea. Osa mengangguk-angguk senang.
"Satu lagi, masukkan aku ke kru kamu, bisa?" pesan Lea. Osa mengangguk mantap.
"Eh, masuk kru yang apa? Semua sudah ada timnya? Kenapa jadi begitu, Sa? Ini berat," tiba-tiba Osa panik.
"Aku tidak mau di sana menganggur hanya nemenin kamu syuting dan makan. Aku mau kerja dan nggak mau dikenal orang sebagai teman kamu. Aku ingin jadi pengacara kru kamu," Lea mendapat ide itu baru saja. Nothing to lose, ga boleh ya ga papa.
"Aku sudah ada notaris?"
"Ya sudah, bye-bye Sumba," jawab Lea.
"Wait, oke deh, kamu pengacaraku."
"Tidak, pengacara kru kamu, termasuk Iva dan produsermu."
---