Nael menjadi salah satu director of photography dari film pendek yang dibintangi Osa saat ini. Sebelum syuting sore ini selesai, dia sudah menghubungi Osa supaya menemuinya sebentar, dia pakai pengaruhnya sebagai salah satu kru untuk punya waktu sendiri dengannya.
"Kamu sibuk apa sekarang, Os?" tanya Nael mengawali pembicaraan mereka. Dijawab dengan tawa terbahak dari Osa.
"Tanya Iva kalau itu, atau produserku. Mereka yang mengatur hidupku dan kesibukanku. Kalau hanya tentang ini, aku bukan orang tepat yang kamu ajak bicara, El," Osa berkata sembari berdiri dan membereskan topinya, dia bersiap akan pergi.
"Ini yang akan aku bicarakan, Sa. Kamu selalu lekas pergi setelah syuting, tidak seperti dulu. Kamu berubah, ada apa? Ini yang aku tanyakan, Iva dan produsermu tidak punya jawabannya. Aku sudah bertanya," Nael berdiri juga tapi menghadang Osa di depan pintu.
"Apakah itu salah? Aku sudah melakukan kewajibanku, sekarang aku akan melakukan hakku," Osa bergeser mencari celah untuk keluar. Nael tetap mencoba menghadangnya.
"Salah, karena kamu meninggalkan acara kita ngobrol bareng, kita jarang nongkrong. Ada beberapa proyek baru yang mau aku tawarkan tapi tidak ada waktu karena kamu langsung pergi," kata Nael kesal.
"Proyek apa?" Osa duduk kembali. Dia belum menghubungi Lea. Jadi masih ada waktu.
"Film dokumenter di Sumba, tentang peternakan kuda dan budaya asli sana yang berhubungan dengan kuda. Aku harap kamu tertarik, cuma kamu yang paling cocok jadi narator dan host," kata Nael penuh harap. Timnya tidak mau yang lain, harus Osa.
"Di Sumba? Syuting berapa lama? Kapan?" Osa tidak pernah memikirkan honor atau promosi buat namanya. Dia suka bekerja. Suka syuting, apalagi ini yang menyentuh alam semesta kesukaannya. Namun pulau lain dan waktu yang menjadi ganjalan. Siapa lagi selain Lea, orang terpenting di hidupnya.
"Jadwal bisa aku bicarakan dengan Iva, sekitar dua bulan. Kalau cuaca bagus, bisa lebih cepat. Semua narasumber di sana sudah siap, tinggal menunggu kamu bisanya kapan," Nael melihat secercah harapan. Dia tidak akan mengecewakan para tetua yang sudah mengenal nama Osa.
"Aku tidak bisa menjawab sekarang, kalau kamu ingin aku menjawab sesegera mungkin, biarkan aku pergi, aku harus menemui seseorang untuk keputusan ini," topi coklat kesayangannya yang dibelikan Lea di ulang tahunnya segera dipakainya. Tanda dia benar mau pergi.