Mohon tunggu...
R.A. Vita Astuti
R.A. Vita Astuti Mohon Tunggu... Dosen - IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Edukator dan penulis #uajy

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertunjukan

5 Mei 2022   20:22 Diperbarui: 5 Mei 2022   20:24 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Edward Cisneros, sumber: Unsplash.com   

Lea dan Osa

Sembari bercerita pada Osa tentang dia mudik kampung, Lea teringat semua kejadian di acara keluarga dan reuni sekolahnya. Semua mengarah pada Osa. Para sepupunya ribut ingin menonton konser Osa sebulan lagi. 

Teman lama sekolahnya ada yang mau mengundang Osa menyanyi dalam acara perusahaan atau bahkan menggandeng penyanyi dan aktor itu dalam sebuah produk untuk jadi endorser. Levelnya pun dari tingkat nasional sampai internasional.

Andai mereka tahu sekarang Lea sedang duduk di samping Osa yang sedang tersenyum-senyum mendengar semua cerita konyolnya. Dia hanya bilang, 'Osa, take it' - semua deal yang dibicarakan oleh teman-temannya akan berhasil hanya dengan sejentik jarinya. Osa selalu mendengarkan usulnya.

Namun, semua hanya mimpi selamanya. Lea harus merahasiakan apapun tentang cowok itu, bahkan kedekatannya, nomor HPnya dan semua janji-janjinya pertemuan dengan Osa. She needs to keep it to herself, bahkan orang tua dan sahabatnya pun tidak boleh tahu. Ini keputusannya sendiri.

Osa terlalu populer, terlalu dewa, terlalu ada di atas langit. Lea tahu cowok itu dekat dengannya tapi dia harus tahu diri. Osa tidak bisa dimiliki oleh siapapun. Osa bisa memiliki segalanya, tapi Lea tidak bisa memiliki cowok itu. Osa terlalu publik.

Maka dari itu, Lea tidak pernah mau membicarakan tentang perasaannya pada cowok itu walau si tampan itu memaksa. Dia tidak mau di bawah bayang-bayang perasaan halu. Yang hanya pantas berada di alam mimpi. Selama dia bisa diterima Osa sebagai teman, selama Osa masih membutuhkan dia, Lea sudah merasa sangat cukup. 

Lagian, belum pernah Osa menolak panggilan telponnya. Walau Lea selalu menelpon Osa sesuai jadwal yang diberikan oleh cowok itu. Atau Iva manajernya. Itu pun atas persetujuan Osa. Lea tidak mau mengumbar keinginannya. Terlalu tinggi berharap, terlalu sakit bila jatuh kecewa.

"Pacar Osa siapa, ya? Dia nggak gay, kan?" teringat salah satu sepupunya nyeletuk ketika membuka akun Instagram Osa yang dikelola oleh Iva. "Semua postingannya hanya tentang alam dan sepeda. Ada satu di kejauhan sama cewek, itu pun lawan mainnya di film terbarunya. Wah, komentarnya ngeri-ngeri, para perempuan ini ingin memiliki, atau menghamba Osa. Untung dia nggak pernah menjawab satu komentar pun."

Satu hal yang membuat Lea betah ngobrol sama Osa adalah topik pembicaraan yang beda sekali dengan keseharian pekerjaan keartisannya. Itu pun membuat dia semakin keren. Osa suka dengan alam dan budaya, bahkan dia pernah menjadi ambasador di salah satu lembaga internasional PBB tentang konservasi alam dan cagar budaya. Waktu itu dia belum mengenal Lea.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun