Mohon tunggu...
R.A. Vita Astuti
R.A. Vita Astuti Mohon Tunggu... Dosen - IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Edukator dan penulis #uajy

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dua Kopi

5 Mei 2022   14:40 Diperbarui: 5 Mei 2022   14:43 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Do you call me anytime you need me?" Osa membalikkan pernyataan itu. Dia jarang mendapat telpon dari Lea kecuali dia sendiri yang meminta. Seperti di awal Lea berangkat mudik, suatu surprise Lea menelpon tapi karena itu permintaannya.

"Aku paham posisi kamu, Os. Aktor sibuk, jadwal padat syuting dan foto. Selain itu kamu juga harus menjaga kebugaranmu dengan ngegym sama ikutan program fitness Iva. Aku ga mau ganggu. Kita sudah sering bicara ini, Os, kenapa kamu ungkit lagi?" Lea menoleh ke Osa yang sedang menunduk.

Osa diam tapi melepaskan seatbeltnya dan membuka pintu mobil. Lea mengikutinya keluar dari mobil. Dia sudah tidak mempedulikan pembicaraan di dalam mobil tadi, tidak ada gunanya kalau ingin meneruskan pertemanan ini.

"Ah, aku yang memilih menu kopi dan it's on me, ok, Os?" kata Lea sambil menghirup bau kopi yang diroasting oleh ownernya di belakang cafe itu.

Lea sangat tahu ke mana arah pembicaraan Osa. Dia tidak mau itu. Dia tidak mau akhirnya mereka saling membuka perasaan masing-masing. Lea masih ragu akan perasaannya pada Osa. Antara kagum dan cinta, dia tidak tahu. Nilai Osa sebagai cowok memang seratus, mudah semua untuk jatuh cinta padanya. Lea ragu, kalau nilainya menurun ke lima puluh, akankah dia tetap setia di samping Osa? Itu yang dia tidak tahu. Jadi dia memilih menjaga jarak dengan Osa.

"Ceritakan reunimu yang berkesan," suara Osa terdengar iri. Iva tidak akan pernah membolehkannya datang ke reuni sekolah. Akan menjadi event yang sangat mahal. Hidupnya memang sudah dibatasi oleh manajer dan agennya. Tapi itu yang dia pilih.

"Aku ketemu teman sebangkuku di SMA dulu, sudah sepuluh tahun tidak bertemu," Lea mengawali.

"Cowok?"

"Tentu dong, dulu jaman kita kan kalau duduk sebangku cowok dan cewek? Supaya cowoknya tidak bikin ribut? Ingat, kan?"

"Lalu apa istimewanya temanmu itu?"

"Namanya Aksa. Dia sangat berubah. Dulu suka jahil sama aku, menyembunyikan tempat pinsilku atau buku PR yang sudah aku taruh di laci meja, jadi aku sering dihukum guru. Kemarin itu, dia mengakui semuanya," cerita Lea sambil tertawa geli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun