Mohon tunggu...
R.A. Vita Astuti
R.A. Vita Astuti Mohon Tunggu... Dosen - IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Edukator dan penulis #uajy

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertemuan Mudik

3 Mei 2022   13:21 Diperbarui: 3 Mei 2022   20:27 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Lucie Capkova, unsplash.com

Bukannya Lea tidak mendengarkan keberatan Iva dan kasus Osa, dia hanya merindukan pulang ke kampung. Merindukan macetnya bawa mobil di jalan tol. Kangen makan soto di pinggir jalan. Menahan perut, menunggu pom bensin untuk ke toilet. Seru pasti!

Keseruan yang dulu tidak dia sukai, tapi karena tiga tahun menahan diri, dia mau menikmati keseruan itu sekarang. Bukan Osa. Osa mandiri dan tidak butuh dia. Osa tidak sendirian. Dia yang akan sendirian membawa mobil dan menjemput sepupunya satu per satu di kota yang akan dia lalui.

"Aku akan menelpon Osa," suara Iva membelah lamunannya. Lea hanya mengedikkan bahunya. Dia baru mencari topi kecil untuk melindungi sinar matahari dari barat di perjalanan nanti.

"Osa, aku di tempat Lea, kopernya sudah penuh," suara Iva cukup keras yang tidak mungkin dihindari oleh Lea. Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi. Lea yakin, dia harus segera pergi kecuali dia ingin membatalkan semuanya dan mengecewakan keluarga besarnya.

Sekali lagi Lea melihat berkeliling. Listrik sudah dia amankan, tidak ada kabel yang menancap di dinding. Kulkas sudah dia kosongkan. Tanaman sudah dia taruh di teras dan diberi botol yang diisi air menetes. Ikan-ikan di akuarium sudah dia belikan mesin makan yang ada pengatur waktunya. Mungkin dia bisa minta Osa menengok apartemennya sekali seminggu, batinnya.

Apartemennya sepi. Iva entah melayang ke mana. Setelah menghela napas sekali dan cukup dalam, Lea membuka pintu apartemen untuk menguncinya dan berangkat ke desa.

"Osa!" teriak Lea kaget ketika melihat Osa berdiri di depan pintu yang terbuka, memenuhi semua frame dengan ketinggian dan ketegapan badannya. 

"Aku ikut!" jawab Osa sambil meraih koper di tangan Lea. Tapi cewek itu menggenggam erat handel kopernya. Tidak, jawabnya. Kamu tidak boleh lari dari tanggung jawab, serunya.

"Kamu yang lari dari tanggung jawab," suara dalam Osa menembus telinganya. Lea menaikkan alisnya, bingung.

"Hanya Iva yang tahu kalau temanku hanya kamu, Lea," bisik Osa. "So sorry, dia aku paksa mengawasi kamu. Ternyata kamu benar akan pergi. Kamu tahu, tekananku baru tinggi-tingginya saat ini. Aku harus mencapai target, menciptakan banyak lagu dan aransemen. Semua hanya tahu aku sempurna. Hanya kamu yang tahu kalau aku tidak begitu. Jangan pergi Lea, atau aku ikut kamu."

Saat itu Lea baru sadar, Osa baru saja mengatakan kalimat terpanjang dan paling serius selama mereka berteman. Selain penyanyi dan penulis lagu, Osa juga aktor beberapa film. Lea mengenalnya ketika mereka bertemu di antrian kopi. Tiba-tiba saja Osa memperkenalkan diri dan menceritakan hari-harinya. Setelah itu kopi menjadi rutinitas mereka untuk alasan bertemu ketika Osa bisa break syuting atau lari dari panggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun