Mohon tunggu...
R.A. Vita Astuti
R.A. Vita Astuti Mohon Tunggu... Dosen - IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Edukator dan penulis #uajy

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pungguk

2 April 2022   21:34 Diperbarui: 2 April 2022   21:35 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Oza," orang itu mengulurkan tangannya setelah bergeser ke samping Ila yang lain. Saat itulah seperti ada sinar halo di atas kepala Oza. Mata Ila berkejap silau karena wajah Oza yang bersinar. Jantungnya berdebar keras sampai dia sesak napas dan tubuhnya terasa kaku.

Oza menurunkan tangannya yang lama tidak disambut Ila. Dia mendengus kesal lalu kembali sibuk di mejanya.

Ila tersadar dia membiarkan tangan Oza terulur. Malu sekali tapi dia bingung mau bagaimana. Dia tidak mau terlihat seperti cewek lain yang mencari perhatian Oza. Akhirnya Ila diam saja dan kembali dengan cepat tenggelam di laptop dan buku sketsanya.

"Makan siang?" suara berat di sampingnya mengejutkan Ila. Dia terlalu hanyut sehingga tidak merasakan larinya waktu.

"Aku sudah bawa bekal," jawab Ila ketika melihat Oza yang bersinar itu berdiri seakan mau keluar makan. Oza tidak menyahut dan meninggalkannya.

Ila menemui Alin di pantry pojok lantai itu untuk makan bersama. Alin mencercanya dengan banyak pertanyaan tentang Oza. Mereka mengobrol apa, ada info apa tentang Oza, cowok itu suka apa, dan banyak lagi yang tidak terjadi di antara Oza dan Ila.

"Bukannya kamu sudah sekantor dengannya cukup lama, Alin?" Ila heran dengan pertanyaan Alin.

"Oza tidak banyak omong. Dia tidak sombong tapi juga tidak ramah. Deket tapi jauh gitu. Jadi bikin senyumnya yang jarang itu terlihat mahal dan mempesona," pekik Alin. "Kalau keluar makan, dia tidak pernah mengajak siapapun, kecuali cowok. Teman sini tahu dia makan di mana dan makan dengan siapa. Biasanya dengan cowok-cowok beda kantor."

Ila tidak berharap banyak akan diajak makan siang dengan Oza. Dia menetapkan bahwa bawa bekal adalah cara yang paling masuk akal untuk mempersiapkan diri. Tidak makan dengan Oza bukan karena tidak diajak, tapi karena dia bawa bekal. Ila merasa aman.

Hari-hari berikutnya teman Ila tidak hanya Alin, tapi seluruh cewek di lantai itu. Dia tahu kenapa, karena Oza. Semua mendekatinya karena mejanya yang paling dekat dengan meja Oza. Dia juga tahu, lirikan temannya selalu ke arah Oza. Mereka tidak fokus dengan pekerjaan ketika berada di sekitarnya.

"Ila," tiba-tiba suara berat yang lama tidak menyapanya itu terdengar dekat di telinga Ila. Oza memang menggeser kursinya ke dekat Ila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun