Sebelum pertanyaannya terjawab, serombongan cowok cewek berpenampilan trendi dan berbau wangi memasuki ruangan. Mereka berceloteh meriah sekali. Seperti lebah keluar dari sarangnya, dari pintu masuk mereka lalu menyebar ke seluruh ruangan. Mereka belum melihat Ila.
Di belakang rombongan itu ada rombongan kecil berjas gelap. Varen, CEO perusahaan itu, bersama direktur desain, boss Ila di lantai ini.
"Nah, ini Ila pemenang desain dan juara favorit tahun ini, Pak Varen," seru Indra sang direktur. Dia melihat Ila di samping pintu masuk. Staff lain di lantai itu langsung terdiam dan mendongak ke arah Ila.
"Selamat Ila," Varen sambil mendekat menyalami Ila. "Saya kagum dengan desainmu yang out of the box tapi sesuai tema dan tren kita. Sangat visioner. Saya tunggu karya-karya kamu di lantai ini."
Varen mengangguk kepada yang lain dan keluar dari ruangan itu untuk meneruskan monitoring paginya.
"Alin," panggil Indra. "Lokasi meja kalian sudah ditentukan, barusan ditempel di dekat lift. Silakan ditengok dan semua beres hari ini."
Alin yang pertama berdiri di depan papan pengumuman. Lalu menjerit tertahan, terdengar kecewa. Lalu dia menjerit lagi, terdengar senang dan kaget.
"Kamu dapat meja di samping Oza, Ila," cicitnya. Ila hanya mengedikkan bahunya, dia tidak tertarik.
"Siapa yang duduk di sampingku?" suara berat Oza terdengar di dekat lift. Ila langsung melesat masuk ke ruangan dan mencari mejanya. Dia ingin segera bekerja. Sudah banyak ide kreatif yang muncul gara-gara keanehan desainnya diterima banyak orang.
"Kamu siapa?" satu sosok berdiri membelakangi jendela kaca besar di samping Ila. Suara berat itu sangat dikenalnya tapi wajahnya menjadi siluet gara-gara sinar jendela dan Ila baru saja mengalihkan matanya dari layar laptopnya. Silau dan kabur.
"Aku Ila," jawabnya singkat. "Anak baru."