"Aku sudah menemukan yang tidak biasa, ini musim hujan tapi kenapa air sedikit?" tanya Noam heran.Â
"Di atas pasti ada bendungan," jawab Kari kalem. Dia tidak terlalu terpengaruh dengan kompetisi yang dirasakan Niel. jadi dia menuruti saja apa maunya Niel. Yang dia yakini, mereka bertiga tidak boleh berpisah.
"Bukan petunjuk itu yang aku minta," Niel terdengar kesal. Noam dan Kari tertawa.Â
Tiba-tiba Kari melihat sesuatu yang berkilat di dekat pohon kayu putih di pinggir sungai. Dia meminta teman-temannya untuk berhenti berlari, lalu dia memeriksa kilatan yang tidak biasa itu.
"Selongsong peluru," sahut Kari. Dia lalu memfokuskan pikirannya untuk mengirim pesan ke semua kawanan.
Noam menyatakan selongsong itu masih terlihat baru karena masih berkilat bersih dan belum kotor kena debu dan tanah atau lumpur, padahal sehari sebelumnya ada kabar di gunung itu hujan deras.
Bertiga mendengar perdebatan Ken dan Nash tentang penemuan mereka masing-masing di setapak yang berbeda.
"Sobekan dibanding selongsong lebih masuk akal mana buat agen itu?" sahut Nika memotong diskusi mereka. "Ayo ke lokasi Kari."
Tak lama keenamnya bergabung di dekat pohon itu. Diam-diam Niel tersenyum menang karena teorinya tentang menyusur sungai membuahkan hasil.
"Pekerjaan kita baru mulai dari titik ini," ujar Nika. "Cari selongsong yang lain atau titik darah dan lainnya. Sobekan kain bukanlah ciri Agen X."
Hari mulai gelap ketika Nash yang penciumannya paling tajam di antara mereka membaui amisnya darah. Mereka sudah mencapai danau tempat bermuaranya air sungai.