"Emang kamu post foto apa?" Pim pura-pura bertanya. Dia follow akun Axl dengan akun online shopnya. Dia juga sudah nge-like postingan terbaru Axl, hanya cowok itu tidak tahu.
"Waktu sepedaan di gunung, cuma sepedaku dengan latar gunung," Axl tetap menatap layar HPnya, bahkan sibuk menulis komentar di chat Live Mia. Lalu dia tiba-tiba tertawa geli.
"Ada apa?" Pim jadi penasaran juga. Dia mengesampingkan keinginannya untuk mengobrol topik yang bukan tentang teman-teman Axl.
"Tim, dia lupa kunci rumahnya ketinggalan di kafe. Mereka balik lagi," lalu Axl terbahak. Pim diam, dia tidak menganggap itu lucu. Saat itulah Axl menyadari bahwa Pim tidak ikut tertawa dengannya.
"Are you okay?" tanya Axl. Dia merasa Pim masih merasa kesal dengan tembakan Leo di kafe tadi.
"Not really. Ulang tahunku ke dua puluh lima yang mengesankan," jawab Pim dengan nada sarkasme. Tangannya bersidekap di dadanya lalu dia melemparkan pandangannya ke luar jendela taksi. Axl lalu mematikan HPnya.
"Do you want to talk about it?" kalau Pim memulai percakapan dalam Bahasa Inggris, kesannya serius banget topiknya. Axl tidak mau main-main.
"Kenapa kamu bayar taruhan ke Dio? Kamu kan belum tentu kalah? Aku kan sudah bilang kalau akan putus sama Leo dua minggu lagi," Pim sedikit berteriak, tapi tertahan karena sopir taksi menoleh ke belakang sejenak.
"Aku sudah tidak mau lagi taruhan," Axl memainkan HPnya.
"Hey, kamu sudah punya cewek, ya?" tanya Pim. Dia lalu meluruskan duduknya menghadap langsung ke cowok itu.
"Oh, belum," jawab Axl cepat walau wajah Mia tiba-tiba terlintas di benaknya.Â