Mohon tunggu...
R.A. Vita Astuti
R.A. Vita Astuti Mohon Tunggu... Dosen - IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Edukator dan penulis #uajy

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Urban #4] Taruhan

3 Juli 2021   23:00 Diperbarui: 15 Juli 2021   14:06 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo created by rawpixel.com - www.freepik.com 

Pim memandang layar HP yang telponnya sudah dimatikan oleh Axl. Nama Axl terpampang di situ. Kia yang membuatnya menyimpan nomor cowok itu.

"Kali-kali kamu butuh, Pim. Axl adalah orang paling tepat untuk emergency contact kamu," saran Kia yang sedikit memaksa. Dia lalu mengambil HP Pim dari tangannya dan mengisikan nomor Axl.

Pim sendiri tidak pernah menyentuh nomor itu. Walau dia sudah berganti-ganti HP, nomor itu ternyata masih tersimpan di akun gugelnya. Kalau saja dia berganti nomor, pasti kontak Axl tidak akan muncul ketika pria itu menelpon.

Dulu dia sering mendapat ucapan ulang tahun dari cowok itu, setiap tahun sampai sebelum dia pergi magang. Setelah itu dia tidak pernah mendapatkannya dan baru kali ini disadarinya. Selama itu Pim tidak pernah memikirkannya, ternyata.

Ingatan itu melayangkan lamunan Pim pada masa SMP. Saat itu di awal sekolah di hari pertama, perhatiannya sudah terikat pada satu cowok. Dia tidak tahu namanya tapi tanpa disadarinya dia selalu mengikuti gerak-gerik cowok itu. Entah kenapa, dia merasa nyaman dan senang saja melihatnya.

"Itu siapa?" tanya Pim pada teman baru di sebelahnya, Kia.

"Oh, Axl. Cakep, ya? Eh, tapi masih lebih cakep Dio, itu yang ada di sebelahnya," bisik Kia. 

Pim tidak setuju, baginya Axl salah satu cowok terkeren di sekolah itu. Eh, paling keren. Badannya bagus, rambutnya berkilat sehat, senyumnya manis dan ada lesung pipitnya yang hanya kadang-kadang muncul. Enak dilihat deh. 

Tidak itu saja, Axl termasuk anak pintar dan lucu. Dia dipilih jadi ketua kelas tapi dia memilih menjadi ketua piket yang tidak dimaui seluruh kelas, karena kalau tidak ada yang mau piket, ketuanya yang bertanggung jawab bersih-bersih ruangan.

"Aku suka mengepel dan menyapu," alasannya ketika ditanya oleh wali kelas. Semua tertawa dan dia hanya tersenyum senang karena dikabulkan keinginannya.

Pim lalu mendedikasikan diri untuk selalu membantu Axl. Dia tidak suka bersih-bersih tapi bila bisa bersama cowok itu dan menikmati senyumnya, dia mau. Hitung-hitung cowok ini mengembangkan ketrampilan mengurus rumah.

Sudah beberapa kali Pim membantu Axl piket kelas bersama beberapa teman. Axl juga tahu kalau dia tidak berjadwal tugas hari itu.

"Bukan jatah kelompok kamu kan, Pim?" tanya Axl tiba-tiba ketika dia sibuk mengumpulkan sampah.

"Eh, bukan, hanya belum dijemput saja, daripada nganggur," jawab Pim yang sudah dia siapkan sejak lama alasan itu. Axl hanya mengangguk dan menepuk bahunya. Rasanya waktu itu Pim terbang ke langit.

Namun, semuanya berubah saat negara api menyerang, eh Dio bilang bahwa Axl ikut taruhan cowok-cowok untuk mendekati dia.

"Kamu jangan mau, ya, Pim," pesan Dio. Waktu itu rasanya ancaman karena Dio badannya besar. "Aku tidak mau Axl menang dengan mudah. Dia sudah populer, jangan dibikin gampang."

Pim benar-benar tidak mau, bukan karena ancaman Dio. Tapi, karena dia merasa tertipu oleh Axl yang kadang menyapanya dan bicara padanya. Axl tidak tulus, batinnya. Hanya mau menang taruhan, pikirnya dalam hati.

Sejak saat itu, Pim melihat Axl dengan kacamata lain. Dia membenci apapun yang dilakukan Axl untuknya. 

"Bisa-bisanya Axl yang hebat itu menghina aku," katanya geram. Kia kaget mendengarnya tapi Pim tidak mau Kia tahu apapun.

Kebencian itu semakin lama semakin bertumpuk ketika mereka diterima di SMA yang sama dan akhirnya kuliah bersama. Jodoh kali, sahut Kia. Pim semakin membenci Axl yang bisa-bisanya memenangkan situasi ini.   

Ketika ada kakak tingkat yang mendekatinya, dia sempat menerima dan pacaran dengan cowok itu. Namun, Axl tidak bergeming, dia masih mendekati Pim tanpa rasa malu. Anehnya, Pim tidak bisa bertahan lama dengan pacar pertamanya ini mungkin karena cuma mau coba-coba saja. 

Lalu ada teman sekelas yang cocok dan akhirnya jadian, sempat jalan bersama beberapa tahun tapi akhirnya putus sebelum mereka magang. Cowok yang ini sempat akan berkelahi dengan Axl karena menemukan pria itu mendekatinya tanpa takut.

Saat masa magang tiba, dia merasa terbebaskan dengan bayang-bayang Axl. Betapapun tampan dan hebatnya Axl, dia tidak berhak mendapat perhatian dari Pim sekuku jaripun. 

Namun, sejak itu ada yang hilang dari hidup Pim. Tidak ada godaan rayuan gombal dari Axl dan surat-surat kecil yang menyebalkan lagi. Axl ternyata menuruti keinginannya untuk menjauh darinya. Tidak ada orang lain yang lebih menyebalkan dari Axl. 

Pim belum menyadarinya sampai saat tadi HPnya menyala dan ada nama Axl terpampang. Tapi rasa sebal tadi terasa menyenangkan.

[Bersambung] 

Episode 5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun