"Oh, ya, tidak apa," Axl sedikit kaget karena tidak siap mendapat ingatan pagi tadi. Lalu dia kembali ke mejanya dan mencoba mengingat apa yang terputus di pikirannya ketika Popi memanggilnya.
Sedetik sebelum dia duduk di kursi, HPnya berdering. Suara dering yang tidak biasa karena nomor penting sudah dia atur dengan deringan khusus.
Nomor panggilan yang tidak dia kenal, belum tersimpan. Mungkin pelanggan baru? Setelah deringan ketiga, Axl mengangkat telpon itu.
"Halo," selalu dia tahan untuk memperkenalkan diri kalau lewat HP, takutnya spam atau penipuan.
"Axl? Ini benar nomor Axl kan?" ada suara perempuan nun jauh di sana tapi dekat di telinganya.
"Iya, ini Axl, maaf ini siapa?" Axl memang tidak suka dan tidak bisa berpura-pura.
"Ini Kia, wah tidak kamu simpan nomorku, ya?" suara itu terdengar kesal. Axl tercenung karena dia ingat semuanya sekarang. Juli, ultah, penting, dan nama seseorang.
"Ada apa, Kia? Apa kabar?" Axl tidak mau mempersoalkan nomor yang tidak tersimpan.
"Hari ini Pim ulang tahun, kamu tidak lupa, kan?" cuit Kia.Â
"Tidak, masak aku lupa?" Axl berbohong, dan selalu berbohong untuk nama itu, Pim. "Nanti malam aku kontak dia."
"Jadi kamu belum ngucapin dia ulang tahun?" Kia terdengar gusar.