Saya baru saja menonton film Teman Tapi Menikah (2018) jadi teringat film Thailand dengan tema sama Friendzone (2019). Kedua tokoh bersahabat sejak kecil dan setelah 10 tahun atau lebih saling mengungkapkan perasaan. Oh ya ada juga film Indonesia yang dibintangi Afghan, Refrain (2013) dari sahabat akhirnya ... eh jadi spoiler dong.
Saya mau menyimpulkan saja stereotip yang dibentuk berdasarkan beberapa film tadi, yang sebagian besar adaptasi dari novel, entah true story atau fiksi. Sebuah karya fiksi, entah itu novel atau film, adalah representasi dari budaya atau peristiwa dari masyarakat. Karya fiksi itu bisa berupa kemiripan atau malah dengan sarat pesan melawan realita di masyarakat. Tema 'friendzone' adalah representasi realita.
Berikut stereotipnya:
1. Cowok yang menyimpan rasa duluan, yang cewek malah cuek
Padahal katanya cowok itu rasional, tidak ngurusin rasa. Di film-film ini malah sebaliknya.
2. Keduanya pacaran berkali-kali dengan orang lain
Yang Cowok biasanya hanya sebagai pelarian. Dapat pacar setelah Si Sahabat Cewek punya pacar duluan. Ceritanya mau sebagai pengalihan, eh malah jadi kayak playboy yang nyakitin cewek lain.
3. Si Cewek curhat tentang pacarnya pada si CowokÂ
Atau keduanya. Tapi biasanya dominan yang Sahabat Cewek yang curhat ke Sahabat Cowok. Lalu Si Cowok mencoba memberi nasihat baik, walau susah.
4. Kalau Si Sahabat Cewek putus yang Sahabat Cowok tepuk tangan
Habis dengerin curhat dan bilang kalau putus, si Sahabat Cowok bergembira dan menjelek-jelekin Si Mantan Sahabat Cewek. Lalu akhirnya berusaha mencoba ngaku kalau suka tapi kadang gagal karena si Cewek masih ngeluhin tentang mantannya.
5. Kedua Ortu sudah meramalkan
Terutama ortu yang rumahnya buat lokasi temenan dari sejak kecil. Selalu menjodoh-jodohkan mereka dan salah satu bilang kalau jijik ... dan itu salah satu sebab mengapa bersahabat terus. Ke-jijik-an yang mengganggu ungkapan perasaan yang sebenarnya.
6. Rumah sebelahan
Sahabatan sejak kecil karena rumah tetanggaan. Yang Cowok suka nganter yang Cewek atau emang barengan berangkatnya. Atau juga kedua ortunya sahabatan.
7. Happy Ending
Iyalah harus happy ending karena penonton pasti ngarep mereka akhirnya jadian sampai menikah. Kalau ga jadi jadian ya tema Sahabat tapi Menikah jadi ambyar dong. Walau after 'happily ever after' ya kayak pernikahan yang lain, ada marah-marahannya dan konflik biasanya yang muncul di pernikahan 'normal'
Itu aja deh stereotipnya. Tujuh cukup karena angka keramat saya ...
+++