Di batas bayangan keraguan, aku terpaku
Menatap mimpi yang kian pudar, bagai debu ditiup angin kaku
Terbelenggu rasa takut, melangkah pun terasa kelu
Sang pecundang dalam diri, merajalela tanpa malu
Langkahku terseret ragu, terperosok ke jurang kelam
Terjebak dalam lingkaran kegagalan, tak kunjung bangkit berdiri tegak
Suara cemooh menggema, bagai bisikan iblis yang terkutuk
Menjerumuskan aku ke jurang keputus asaan, tanpa henti, tanpa jeda
Jiwa yang rapuh, terluka oleh setiap luka
Hati yang hampa, diselimuti rasa pilu dan duka
Terjebak dalam narasi kebohongan, ciptaan sang pecundang yang gila
Menyakinkan diri bahwa aku tak berguna, takkan pernah melompat ke puncak cita-cita
Namun, di lubuk hati kecil, secercah harapan masih bersemi
Cahaya redup yang berbisik, "Bangkitlah, hai sang pecundang, masih ada mimpi yang menanti!"
Aku genggam erat secercah harapan itu, sebagai pelita di kala kelam
Bertekad untuk melawan sang pecundang, merebut kembali hidup yang terbuang hampa
Langkah demi langkah, aku mulai melangkah maju
Melawan rasa takut dan keraguan, yang selama ini membelenggu
Air mata penyesalan dan kekecewaan, aku jadikan kekuatan baru
Untuk bangkit dari keterpurukan, dan meraih mimpi yang kian redup
Aku tahu, perjalanan ini takkan mudah
Penuh rintangan dan godaan, yang siap mengantarku kembali ke jurang kelam
Namun, aku takkan gentar, aku takkan menyerah
Aku akan terus melangkah maju, demi masa depan yang cerah
Aku bukan pecundang, aku adalah pemenang
Telah mengalahkan rasa takut dan keraguan, yang selama ini membelenggu
Aku akan bangkit dari keterpurukan, dan meraih mimpi yang kian redup
Aku akan buktikan pada dunia, bahwa aku adalah pemenang yang sejati
Kelok S, 2024
III
Di relung jiwa yang kelam,
Bersemayam nestapa pilu nan kelam.
Akulah sang pecundang, terbelenggu dalam hampa,
Terjerat rasa takut, tak berani melangkah.
Mimpiku terkubur dalam pasir keraguan,
Semangat patah, terhempas badai kenyataan.
Langkahku terpaku, ragu melangkah ke depan,
Terjebak dalam bayang-bayang kegagalan.