Kita adalah manusia penuh ilustrasi
Berkata sama berbincang sini dengan torehan berbeda
Ada tebal, ada tipis, ada gelombang, ada patah-patah
Seperti sedang mati di ambang kesantunan
Manusia seperti kita tak layak hormat
Dinding-dinding menatap bakti di ujung situ
Meminta kita menjaga akar yang nyaris lapuk
Memohon persembahan titik-titik liur untuk haus mereka
Juga mengimbau tangan untuk membuang jauh-jauh rupiah
Dalam perut kita
Kita, manusia sudah sepantasnya belajar pada kantong plastik
Yang membungkus air muntahanku
Seharusnya diteguk kembali
Atau dibagikan kepada kucing-kucing liar di pinggir kali
Manusia-ah, sayangnya aku pun terlahir begitu
Sambil menyimak es teh yang mengucur
Lalu meniduri bekas-bekas berak tikus got
Kita, manusia pencemburu
Melihat bunga mekar, mengagumi asinnya laut, dan bercinta dengan kayu lapuk
Tapi segalanya kau hina durhana
Kau jilat air fesesmu sendiri
Manusia, kita, dan aku memang tak pantas punyq otak !Â
Â
Uwan Urwan, Situbondo, 031015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H