Aku bahagia menjadi bagian dari puisi dan kata-kata. Karena aku tahu kata-kata itu sudah ada di dalam diriku tanpa terkecuali. Kalau dengan menulis puisi, jalanku terasa lebih ringan, kamu juga bisa menulis puisi.
Menulis puisi dengan pasrah dan ikhlas
Aku pernah menerbitkan dua buku kumpulan puisi tunggal dan beberapa buku kumpulan puisi bersama teman-teman. Puisi-puisi itu kebanyakan juga kuambil dari status di media sosial, termasuk di Instagram. Karena buatku menulis puisi bukan sekadar menulis, tapi selalu ada jiwa di dalam kata-kata itu, ada kehidupan.
Menurutku kata-kata itu hidup, melalui kata-kata orang bisa marah, melalui kata-kata orang bisa tersenyum, melalui kata-kata orang bisa merasakan cinta, dan lain-lain. Saat kamu menyatakan cinta pada seseorang tapi dengan tidak tulus, tidak ada yang bermakna dari kata-kata itu. Hanya berupa kata-kata tanpa jiwa.
Tanpa kata-kata, sampai saat ini kita tak bisa berbahasa
Jadi menulis puisi, menulis apapun, memang harus sepasrah itu. Membiarkan otak membawa kita pada apa yang seharusnya dituangkan. Kalau menulis dengan marah, luapkanlah, kalau menulis saat sedih, tangisilah. Tidak ada yang salah dengan meluapkan emosi. Jadilah manusia seutuhnya tanpa menyembunyikan rasa sekecil apapun di dalam kegiatan yang kamu suka. Kalau kamu suka mengambar, gambarlah emosimu, gambarlah imajinasimu, gambarlah dirimu. Tuangkan dengan baik karena sesuatu yang berasal dari hati akan menemukan tambatannya. (Uwan Urwan)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI