Setelah tiga poin itu saya sampaikan, Olva akhirnya luruh juga. Dia menyetujui niat saya untuk menjadikannya menjadi tokoh perawan tua dalam cerpen yang akan saya tulis. Dia memang begitu, selalu biru. Selamanya biru. Dan sebelum senyumnya merusak konsentrasi, saya segera menulis. [ ]
itp, 29 okt '11
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!